“Siapakah yang naik ke surga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapakah namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!” (Amsal 30:4).
“Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya. Kami menyaksikan bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Tuhan, Bapa Surgawi, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan’. Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Petrus 1:16-19).
Hubungan antara Yesus Kristus dengan Tuhan (Elohim) merupakan hal yang paling menyakiti hati umat Muslim dan merupakan masalah bagi Allah sendiri. Apakah Yesus Putera Elohim? Dapatkah Tuhan berputera? Alkitab menjawab “Ya”. Allah menjawab “Tidak”.
Karena umat Kristen bersikeras menyatakan bahwa Yesus adalah Putera dari Tuhan yang hidup, Alquran kemudian menyatakan, “Dilaknati Allah-lah mereka … ! (Surat 9:30).
Umat Muslim yang meyakini pernyataan Alquran pasti tidak mungkin percaya bahwa Yesus adalah putera Tuhan. Seseorang mungkin akan bertanya: Apakah Muhammad yang secara pribadi mengembangkan suatu kebencian terhadap kebenaran mendasar dari keimanan Kristen atau apakah Allah yang memberinya inspirasi untuk melakukan hal itu?
Seseorang berpendapat bahwa, pada mulanya, Muhammad mempunyai maksud baik namun dia merasa putus asa karena dia dikuasai oleh jin jahat yang menipunya dan mendorongnya untuk menentang keilahian Yesus Kristus serta eksistensiNya sebagai Putera Elohim.
Contohnya, Allah yang menjadi sesembahan orang-orang Mekah pada zaman pra-Islam dikenal sebagai Allah yang mempunyai beberapa putera dan puteri. Muhammad mungkin merasa bahwa hal tersebut merupakan hal yang tidak pantas bagi Sang Pencipta. Barangkali itulah sebabnya mengapa Alquran menyatakan: “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri” (Surat 6:101)
Nampaknya ajaran paganisme Mekah yang meyatakan bahwa Allah mempunyai putera dan puteri itulah yang ditentang oleh Muhammad sehingga berdasarkan hal tersebut, ketika Muhammad mendengar bahwa Tuhan umat Kristen yang Maha Kuasa itu juga mempunyai putera, dia serta merta menyatakan bahwa ide Tuhan sebagai Bapak (maksudnya Tuhan yang mempunyai anak) merupakan doktrin agama yang menyeleweng dari ajaran aslinya.
Satu hal lagi yang membingungkan yang muncul di kalangan masyarakat pada zaman Muhammad yaitu berkembangnya doktrin tentang pemujaan terhadap Maria yang tersebar luas antara abad ke 5 sampai menjelang akhir abad ke 7 sesudah Masehi. Mazhab/sekte ini menganut paganisme yang mempercayai bahwa sang pencipta mempunyai seorang isteri yang disebut Venus atau Al-Zahrah yang mereka anggap sebagai “Ratu Surga” dan mereka berdua mempunyai anak. Ketika orang-orang tersebut di kemudian hari bertobat (lebih tepat disebut beralih agama) dan masuk Kristen, mereka memasukkan doktrin tentang pemujaan Maria tersebut ke dalam gereja dengan menganggap Maria (Magdalena) sebagai Venus atau Al-Zahrah, “Sang Ratu Surga”, dan Yesus sebagai sang Putera. Mereka memuja dan menyembah Maria sebagai seorang dewi, itulah sebabnya mereka disebut sebagai penganut Marianisme.
Umat Kristen yang sejati memandang doktrin tersebut sebagai suatu doktrin yang berbahaya, lalu mereka berjuang untuk menyingkirkan pengaruh bidat ini dari tubuh gereja dan mengucilkan para penganutnya. Menjelang akhir abad ke 7 sesudah Masehi, sekte ini lenyap dari muka bumi. Setelah sekte tersebut lenyap muncullah agama Islam. Itulah sebabnya dalam Alquran tertulis bahwa Trinitas Kristen mencakup Tuhan sebagai Bapa Surgawi, Maria dan Yesus (Surat 5). Ada beberapa kemungkinan hal tersebut terjadi, kemungkinan pertama Muhammad menyadur dan menganggap doktrin Marianisme sebagai doktrin Trinitas (padahal sebenarnya Marianisme dan Trinitas adalah dua hal yang berbeda) atau kemungkinan lain dia mengabaikan semua yang diimani oleh umat Kristen mengenai Trinitas Suci dan khususnya eksistensi Yesus sebagai Putera Elohim. Kebingungan Muhammad mengenai hal tersebut bertambah besar manakala dia melihat kenyataan bahwa Maria juga dipuja oleh umat roma Katolik. Bidat Nestoria dan Arian juga berkembang di antara umat Kristen pada zaman Muhammad, dan semuanya ini menambah kumulasi kebingungannya.
Namun kami harus berhati-hati untuk tidak menarik kesimpulan secara tergesa-gesa. Masalah tersebut lebih kompleks daripada sekedar perkiraan-perkiraan di atas. Bukti bahwa penolakan Muhammad terhadap eksistensi Yesus sebagai Putera Elohim yang semata-mata diperoleh atas dasar asumsi bahwa dia menyadur dari doktrin orang-orang Mekah dan doktrin Marianisme masih terlalu dini untuk dapat diandalkan. Kita baru dapat menyarankan kesimpulan semacam itu manakala kita telah mempelajari catatan-catatan sejarah secara cermat. Dari pernyataan Alquran sendiri terbukti bahwa, selain dari alasan adanya penyembah-penyembah berhala di kota Mekah, Muhammad memang pada dasarnya bermaksud menentang Kekristenan alkitabiah karena dianggapnya sebagai kafir. Menyembah Yesus sebagai Putera Elohim nampaknya sebagai suatu bentuk perbuatan menyembah berhala (menurut pandangan Muhammad). Umat Muslim saat ini juga mempunyai pandangan yang sama dengan pandangan Muhammad dalam kasus Yesus sebagai Putera Elohim tersebut di atas. Ide sebagai Inkarnasi tidak terjangkau oleh pikiran Muhammad. Dan sampai sekarang umat Muslimpun juga tidak bisa membayangkannya.
Problema kedua adalah masalah inspirasi/ilham. Jika Muhammad memaksakan pendapatnya bahwa Allah-lah yang berbicara melalui dirinya, kami harus mempermasalahkan hal itu dengan serius. Jika Muhammad menyatakan bahwa dia diberi ilham oleh Allah untuk menentang kepercayaan Kristen atas keilahian Yesus, kita dapat mulai meneliti pokok persoalan tersebut dari perspektif ini.
Jika Allah benar-benar “Maha Bijaksana, Maha Tahu” sebagaimana yang secara berulang-ulang dinyatakan dalam Alquran, Allah tentunya juga mengetahui apa yang sesungguhnya diajarkan oleh keimanan Kristen. Misalnya Allah harus tahu bahwa doktrin Kristen mengenai Trinitas tidak melibatkan Maria di dalamnya. Allah tentunya juga tahu bahwa doktrin Trinitas mencakup Tuhan sebagai Bapa Surgawi, Sang Putera, dan Roh Kudus; dan bukan Bapa, Maria, dan Yesus seperti yang diindikasikan dalam Alquran (baca Surat 5).
Dari sudut pandang Alquran, problema yang dihadapi Allah sesembahan Muhammad tidak ada yang melebihi problema mengenai Trinitas terutama eksistensi Yesus sebagai Putera Elohim. Dia sangat membenci hal tersebut. Dalam Surat 19:88-89, kami membaca: “Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak! Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar!” Surat 112 menyatakan: “Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah tempat meminta. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia”. Surat 112 ini umumnya dianggap oleh umat Muslim sebagai surat kunci.
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak (hal ini berarti bahwa umat Kristen menghujat Allah manakala mereka menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah). Maha Suci Dia (Ditinggikan kiranya Allah di atas segala makhluk). Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya (maksudnya kepada sesuatu, maka Dia ditetapkannya itu): “Jadilah”, maka jadilah ia (Surat 19:35).
Ada beberapa ayat lain dalam Alquran yang isinya menolak secara terang-terangan eksistensi Yesus sebagai Putera Elohim baik dengan istilah yang keras maupun yang halus. Memuja Yesus sebagai Putera Elohim merupakan dosa yang tidak dapat diampuni bagi umat Muslim dan mereka menyebutnya “Syirik”. Hal tersebut sangat menjengkelkan, menusuk perasaan, mengganggu, dan memuakkan mereka. Mereka tidak dapat membayangkan hal tersebut, pokoknya tidak mungkin dan tidak bisa.
Ada hal-hal tertentu dalam diri Tuhan yang tidak dapat dibayangkan oleh akal manusia dan oleh karena itulah Tuhan disebut “ajaib”. Tuhan tidak lagi menjadi Tuhan manakala hakikatNya sebagai Tuhan dan segala sesuatu yang dapat dibuatNya hanyalah sebatas yang dapat dipikirkan secara logis oleh manusia biasa.
Allah menyatakan dalam Alquran: “… orang Nasrani berkata: Al Masih itu putera Allah … Dilaknati Allah-lah mereka: bagaimana mereka sampai berpaling?” (Surat 9:30).
Sudah pasti tidak ada satupun laknat atau pujian yang dapat memberi dampak terhadap orang Kristen yang percaya pada Alkitab dan telah dilahirkan baru, dan mungkin karena itulah umat Muslim kemudian melakukan tindakan kekerasan bersenjata untuk melawan umat Kristen. Kami tidak menyesal mengakui bahwa Yesus adalah Putera Allah (catatan: istilah yang digunakan di sini yaitu Yesus Putera Allah, penyebutan Allah di sini semata-mata karena kutipan yang diambil adalah dari Alquran yang tidak mengenal nama Yahweh/Elohim, sehingga dengan demikian sesuai dengan pernyataan Alquran yang asli). Sungguh sangat sulit membayangkan Allah (sesembahan umat Muslim) memperanakkan “Putera Perdamaian” atau Yesus Kristus yang ‘lemah lembut dan rendah hati”.
Namun, marilah kita lihat lebih lanjut apakah pengakuan kami atas keilahian Yesus tersebut logis. Alkitab berkata, “Tuhan adalah Roh”. Alquran menyatakan, “Dan (ingatlah kisah) Maryam (Maria) yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)-nya roh (roh) dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam” (Surat 21:91). Jika Tuhan adalah Roh dan Yesus adalah Roh Tuhan (dan kita setuju bahwa roh dan tubuh memang berbeda tapi satu), kita tentunya tidak perlu lagi suatu modus tollendo ponem atau suatu logika kompleks untuk menyimpulkan bahwa Yesus adalah satu dengan Tuhan. Kita juga harus ingat bahwa nama lain yang Tuhan berikan kepada Yesus kurang lebih 700 tahun sebelum Dia dilahirkan secara badani ke dalam dunia adalah Immanuel, yang artinya “Tuhan beserta kita”.
Yesus tidak menjadi seperti eksistensiNya yang sebenarnya karena Dia dilahirkan melalui Maria. Dia ada sebagaimana Dia ada sebelum dunia ada. Dia hanya menjelma menjadi manusia, maksudnya mengambil rupa manusia karena Dia ingin menyelamatkan dunia (catatan: eksistensi Yesus yang sebenarnya adalah roh). Yesus berasal dari Tuhan. Ketika Yesus turun ke dunia Dia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki, tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku” (Ibrani 10:5). Dia turun dari surga hanya untuk masuk ke dalam tubuh Maria.
Selanjutnya, Alkitab menyatakan bahwa Yesus adalah firman tuhan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Tuhan dan Firman itu, adalah Tuhan. … Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaannya yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:1-14).
Surat 3:45 menyatakan: “Ingatlah, ketika Malaikat berkata, ‘Hai Maryam (Maria), sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat yang datang daripadaNya, namanya Al Masih (Yesus Kristus), putera Maryam (Maria)’”. Namun oleh karena banyak komentator Muslim tidak mau mempercayai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan keilahian Yesus, mereka mengemukakan bahwa istilah ‘Kalimat/Firman’ hanya semata-mata suatu perintah/keinginan Tuhan, yang berarti “jadilah”. Tetapi ilmuwan-ilmuwan Islam seperti Al Shaikh Muhyl Al Din Al Arabi memahami dengan baik.1 Al Arabi menyatakan bahwa kata bahasa Arab yang diterjemahkan dengan istilah “yang” tersebut adalah “ismihi”. “Ismihi” adalah kata ganti orang berjenis kelamin laki-laki. Itulah sebabnya terjemahahan bahasa Inggris telah menggunakan istilah dengan tepat yaitu kata ganti orang “yang”. Kata ganti orang “yang” menunjukkan bahwa Firman/Kalimat yang dibicarakan adalah sebuah pribadi. Sarjana Muslim yang ternama Al’ Arasi menulis: “Firman itu merupakan perwujudan Tuhan … dan Firman itu adalah pribadi yang bersifat Ilahi”.
Jadi, kalau Firman adalah sebuah pribadi dan Firman itu Tuhan, dan Firman itu menjadi manusia, hal tersebut berarti Tuhan menjadi manusia. Ini berarti bahwa masalahnya bukanlah Yesus, seorang manusia yang menjadikan diriNya sendiri Tuhan atau orang-orang Kristen yang ingin membuat Yesus menjadi Tuhan, tetapi jelas bahwa Tuhan sendiri yang menghendaki DiriNya menjelma menjadi Yesus, dan kemudian memberi predikat kepada Yesus sebagai AnakNya, Kristus Tuhan.
Surat 6:101, seperti yang telah dikutip sebelumnya, memberi kita informasi sebagai berikut: “Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri?”. Perhatian kita harus dicurahkan dengan cermat dalam melihat fakta bahwa yang mengucapkan ayat ini dapat diindikasikan sebagai seorang pribadi bukan Tuhan (maksudnya: yang mengucapkan ayat tersebut adalah manusia biasa, bukan Allah) … padahal umat Muslim mengklaim bahwa semau kata-kata dalam Alquran diucapkan oleh Allah.
Tetapi dalam Hadis Kudsi, ucapan Allah dikutip sebagai berikut, “Orang kaya adalah agen-agenku dan orang-orang miskin adalah para anggota keluargaku (anak-anakku)”.2 Pernyataan etsrebut jelas menunjukkan bahwa klaim umat Muslim yang menyatakan bahwa Hadis hanya berisi perbuatan-perbuatan Muhammad sedangkan Alquran berisi kalimat-kalimat Allah ternyata tidak benar.
Sementara itu penulis Alquran menyatakan, “Karena Dia (Allah) tidak mempunyai isteri”. Tetapi dalam Hadis, Allah sendiri berbicara mengenai “keluargaku”. Bagi umat Kristen, pernyataan “mempunyai sebuah keluarga” tidak harus berarti seorang suami yang mempunyai seorang isteri, anak-anak, menantu-menantu, dan lain-lain. Kami memahami bahwa keterangan dalam Hadis tersebut hanya sekedar merupakan metaforis. Jadi, kalau dalam kitab-kitab suci mereka tercantum pernyataan seperti tersebut di atas, mengapa umat Muslim demikian keras menolak ide mengenai Tuhan umat Kristen yang mempunyai seorang Putera? Mengapa mereka secara naïf membayangkan eksistensi Yesus sebagai Putera Elohim hanya sebatas nuansa biologis saja?
Oleh Karena itu, kami ingin menekankan bahwa Tuhan adalah Bapa dari Yesus Kristus, bukan dalam arti biologis, juga bukan dalam arti seperti yang ditulis dalam Hadis, melainkan dalam arti spesial dan unik yang melampaui segala akal/pemahaman manusia. Karena Yesus adalah Putera Elohim, Dia secara hakiki adalah Tuhan (Elohim). Tuhan mendeklarasikan bahwa Yesus adalah PuteraNya, dan kami lebih baik mempercayai saja dari pada menalarnya. Sungguh merupakan suatu kesombongan dan arogansi kalau seseorang memaksakan diri untuk memahami segala hal terlebih dahulu sebelum dia menerima kenyataan mengenai segala hal tersebut. Ketika kami menerima kebenaran Kristen dengan iman, pada saat itulah roh kami mendapatkan penerangan mengenai kebenaran Kristen tersebut. Seperti yang dikatakan oleh filosof Anselm, apa yang dapat saya katakan hanyalah: credo ut intelligam (artinya saya, emmpercayai agar saya dapat memahami). Yesus berkata, “Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, ia akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Tuhan, entah Aku berkata-kata dari diriKu sendiri” (Yohanes 7:17).
Hal tersebut berarti bahwa keilahian Yesus sebagai Putera Elohim tidak perlu harus merupakan sebuah doktrin yang dapat dibuktikan secara logika, dan seharusnya memang tidak perlu demikian. Kami mempercayainya karena Tuhan mengatakan demikian, dan itulah penyelesaiannya. Namun sebaliknya, hal tersebut bukan pula berarti bahwa doktrin itu tidak masuk akal, sebagaimana yang telah kami kemukakan. Dengan makian yang memedihkan, banyak orang Muslim menyatakan kepada kami, “Perhatikan, anda tidak menggunakan nalar, murid sekolah taman kanak-kanak yang biasa-biasa saja mengetahui ilmu hitung sederhana bahwa 1 + 1 + 1 = 3 dan bukan 1”. Kami setuju bahwa 1 + 1 + 1 = 3; tetapi itu hanya berlaku dalam ilmu hitung sederhana murid-murid sekolah taman kanak-kanak. Dalam ilmu matematika, fisika, dan logika tingkat tinggi, 1 + 1 + 1 BISA jawabnya adalah 1. Jika umat Muslim memang benar-benar berpikiran terbuka untuk menerima logika/penalaran, mereka pasti tidak akan menganggap doktrin Trinitas mengingkari logika/penalaran. Jenderal Babangida dari Nigeria yang berasal dari keluarga Muslim saja menulis: “Penegasan dan kelonggaran yang diungkapkan oleh umat Muslim bahwa Yesus Kristus benar-benar dilahirkan oleh seorang perawan sesungguhnya telah membuka pintu bagi beberapa kemungkinan. Dua di antara kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah keilahian Yesus Kristus dan eksistensi Yesus sebagai Putera Elohim”. Ilmu filsafat mengakui bahwa boleh jadi banyak di dalam satu dan satu memanifestasikan banyak elemen seperti halnya dalam ilmu matematika yang mengajarkan bahwa suatu himpunan terdiri dari kelas-kelas dan sub-sub himpunan. Tubuh manusia adalah contoh yang sempurna untuk mengekspresikan banyak di dalam satu dan satu memanifestasikan banyak unsur sebagaimana yang berlaku dalam ilmu filsafat dan ilmu matematika.
Sementara pernyataan Jenderal Ibrahim Babangida tersebut di atas menunjukkan adanya sikap keterbukaan dan toleransi, Alkitab mengajarkan kita bahwa urusan mengenai Pribadi dan Pelayanan Yesus Kristus harus diselesaikan di dalam hati dan kehidupan masing-masing individu selagi individu-individu tersebut masih hidup di dunia. Sekaranglah saatnya untuk menemukan kebenaran tersebut, karena terlambatlah sudah dan menyesalpun tidak ada gunanya kalau kita baru menemukannya pada Hari Pengadilan Akhir Zaman yang siap menetapkan hukuman kekal bagi diri kita. Tuhan memang memberi kita kepintaran untuk menalar selagi kita masih berada di dunia. Ketika manusia mengabaikan penalaran, mereka memberi peluang bagi suatu tindakan emosional; itulah sebabnya keimanan mereka harus dikaji secara kritis (penuh penalaran). Namun sekalipun demikian Tuhan juga tidak menghendaki kita hanya menggunakan penalaran dalam memahami/menghayati FirmanNya. Pengetahuan kita dalam pikiran harus dapat menuntun/ membawa kita untuk menerima iman yang menyelamatkan ke dalam hati kita yang pada gilirannya akan membawa kita kepada perubahan hidup (membawa kita kepada pertobatan) sekarang juga. Homer Duncan, pensiunan penulis Amerika beragama Kristen menyatakan bahwa ribuan orang tidak bisa masuk surga hanya karena beberapa inci. Yang dia maksud adalah jarak dari kepala (yang digunakan untuk bernalar) ke hati (yang digunakan untuk beriman).
Menurut Alkitab, Tuhan menciptakan manusia menurut gambarNya. Berbicara mengenai Trinitas, pada hakikatnya Tuhan juga membuat manusia dalam eksistensi trinitas yaitu roh, jiwa, dan tubuh, yang masing-masing berbeda satu sama lain tetapi dalam maujud satu. Hal tersebut sungguh luar biasa. Kalau hakikat manusia (sang ciptaan Tuhan) saja sudah merupakan misteri apa lagi hakikat Tuhan (Sang Pencipta) itu sendiri.
“Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: Tuhan yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan” (1 Timotius 3:16).
Pernyataan tersebut merupakan ringkasan dari segenap Alkitab Perjanjian Baru. Tuhanlah yang mengirim malaikat Gabriel untuk memberi kabar kepada maria. “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Putera Elohim” (Lukas 1:35).
Enam ratus empat puluh tahun kemudian, Muhammad menyatakan bahwa seorang malaikat yang disebut Jibril mendatanginya dengan sebuah pesan dari Allah bahwa Yesus sebenarnya tidak seperti apa yang dikatakan Alkitab. Yesus sebetulnya hanyalah seorang nabi yang baik. Pertanyaannya adalah: Jibril yang mana dan Jibril utusan siapa yang mendatangi Muhammad? (Muhammad juga mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Malaikat Jibril. Sebutlah hal tersebut membingungkan kalau anda mau).
Sebelum Muhammad datang denagn membawa pesan-pesannya, Rasul Paulus telah memperingatkan kita agar berhati-hati: “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia” (Galatia 1:8).
Alasannya adalah bahwa hanya malaikat utusan setan sajalah yang dapat mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan katakana dengan suaraNya sendiri dari surga dan didengar oleh banyak saksi ketiak Tuhan mendeklarasikan : “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkena” (Lukas 3:22). Betul sekali, Tuhan mendeklarasikan Yesus sebagai PuteraNya. Tetapi Allah dan Muhammad mengatakan bahwa Yesus bukan Putera Elohim dan bahwa Kitab Suci yang menyatakan bahwa Yesus adalah Putera Elohim adalah Kitab Suci yang telah diselewengkan. Alkitab menyatakan, “ … Tuhan adalah benar, dan semua manusia pembohong … “ (Roma 3:4).
Seorang Muslim sejati yang percaya pada Alquran tidak mungkin percaya bahwa Tuhan sudah menjadi sedemikian tidak berdayanya sehingga Dia membiarkan Kalimat/FirmanNya diselewengkan/dirubah. Menurut Surat 6:34 dan Surat 10:64, tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Tuhan mengontrol FirmanNya. Segala sesuatu yang dikatakan Alkitab tentang Yesus adalah benar. Tidak ada yang tidak benar, dan tidak ada fakta yang dirubah.
Para kritikus Muslim, yang mengomentari berbagai versi terjemahan Alkitab yang ada saat ini, berpura-pura tidak tahu bahwa Alquran sendiri juga sudah diterjemahkan dalam kurang lebih 50 versi yang berbeda. Dalam menulis buku ini, saya (pengarang) telah membaca paling sedikit enam versi terjemahan Alquran yang dapat diterima oleh sebagian besar umat Muslim.
Satu-satunya alasan mengapa umat Muslim mengklaim bahwa Alkitab diselewengkan yaitu karena Alkitab berbicara mengenai keilahian Kristus. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak mungkin sujud di hadapan “Manusia dari Galilea itu”. Alasan mereka: karena Yesus adalah manusia ciptaan Tuhan seperti halnya dengan Adam (Surat 3:59) dan Dia juga bukan Putera Allah. Marilah kita terima pernyataan tersebut untuk keperluan menyampaikan argumentasi dalam alinea berikut ini.
Paling sedikit ada tujuh Surat dalam Alquran yang menyatakan bahwa ketika Adam diciptakan, Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud dan menyembah kepada Adam. “Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam, dan bersujudlah mereka kecuali iblis: ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (Surat 2:34; Surat 7:11; Surat 15:29-35; Surat 17:61-62; Surat 18:50; Surat 20:116 dan Surat 38:71-74). Dengan kata-kata lain, hal yang menyebabkan iblis disebut kafir adalah penolakannya untuk sujud kepada Adam. Dalam Surat 15 dan 38, Allah menjatuhkan kutukan kepada iblis atas kesombongannya. Pertanyaannya adalah: Seandainya umat Muslim sudah ada di dunia pada saat itu, apakah mereka juga akan tunduk kepada Adam? Kalau mereka tunduk kepada Adam, apakah hal tersebut merupakan sikap yang Islami? Itulah tugas mereka untuk mencari jawabannya.
Dalam 1 Korintus 15:45,47, Alkitab menyatakan bahwa Yesus adalah Adam yang akhir (walaupun bukan seperti dalam pengertian Islam). “Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari surga”. Tidak seorangpun dari umat Muslim yang jujur dapat menyangkal klaim-klaim Alkitab tersebut. Adam adalah tanah. Sedangkan menurut Alquran, Yesus Kristus bukan diciptakan dari tanah, tetapi dari Firman/Kalimat Allah (khalimatullah) dan suatu roh dari Allah. Alquran menyebutkan bahwa Allah meniupkan rohNya ke dalam tubuh Yesus (Surat 21:91). Pertanyaan kami: Apakah Roh Allah terpisah dari eksistensi Allah atau merupakan bagian dari eksistensiNya? Apakah roh tersebut suci atau tidak. Lagi-lagi pertanyaan tersebut merupakan tugas mereka untuk mencari jawabannya.
Jadi, jika Adam pertama yang hanya berasal dari tanah saja harus disembah, bahkan oleh malaikat sekalipun, tidak pantaskan Adam terakhir (Yesus), yang berasal dan diberi hidup oleh Roh Allah sendiri, untuk disembah? Oleh Karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menyatakan bahwa jika umat Muslim menolak untuk bersujud di hadapan Adam terakhir (Yesus), itu berarti mereka telah bersekutu dengan pemberontak dan sama sombongnya dengan iblis, dan mereka ada di bawah baying-bayang kutukan seperti yang dialami setan.
Memang ada beberapa orang Muslim yang menyatakan bahwa mereka sebetulnya percaya pada Yesus Kristus. Namun pernyataan semacam itu belum dapat dikatakan bahwa mereka percaya dalam arti yang sesungguhnya (seperti yang dikehendaki Alkitab). Apa yang mereka percaya mengenai Yesus? Maksudnya, mungkin saja mereka percaya bahwa Yesus itu adalah seorang manusia dari Galilea, salah seorang dari para nabi Tuhan, guru besar yang selalu berbicara dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan, seorang baik yang memperlakukan tetangganya dengan benar dan baik, seorang yang dapat memproduksi roti dan menunjukkan berbagai tanda-tanda ajaib. Ya, mungkin saja seseorang mempercayai semua hal tentang Yesus seperti tersebut di atas, namun kalau hanya sampai sebatas itu saja percayanya, dia akan kehilangan momentum untuk memperoleh keselamatan yang ditawarkan Yesus. Apabila anda adalah seorang Muslim, iblis memang menghendaki agar anda mempercayai segala hal yang tertulis dalam Alkitab kecuali eksistensi Yesus Kristus sebagai Putera Elohim dan keilahianNya.
Pada suatu hari Yesus bertanya kepada murid-muridNya, “Kata orang, siapakah Anak manusia itu?” . Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat penting karena keselamatan kita tergantung dari jawaban kita itu. Seorang Muslim akan menjawab, “Dia adalah salah satu utusan Allah yang penuh kuasa, tidak lebih dari itu; dengan jawaban seperti itu sudah jelas dia telah kehilangan momentum untuk memperoleh keselamatan yang ditawarkan Yesus. Yesus jauh lebih hebat daripada sekedar seorang nabi (utusan Tuhan). Simon Petrus menjawab: “Engkau adalah Mesias, Putera Elohim yang hidup!” (Matius 16:16), dan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Berbahagialah engkau Simon sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang ada di surga”. Apabila seorang Muslim menghadapi masalah dalam hal ini, dia dapat berdoa dan mohon kepada Tuhan untuk membuka hati dan pikirannya untuk memahami hal tersebut. Dalam Injil Yohanes tercatat, “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Putera Elohim, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam NamaNya” (Yohanes 20:31).
Percaya Yesus berarti percaya pada NamaNya; dan NamaNya berarti ‘Yahweh keselamatan kita’ atau ‘juruselamat kita’. Jadi seorang Muslim yang tidak percaya bahwa Yesus adalah keselamatan manusia tidak dapat dikatakan bahwa dia percaya pada Yesus. Keselamatan berarti percaya pada Nama Yesus; dan itu adalah nama yang berbicara tentang keilahianNya.
Alkitab menyatakan, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kisah Para Rasul 16:31). Hal tersebut berarti bahwa anda tidak cukup hanya sekedar percaya tentang Yesus, tetapi harus percaya pada seluruh eksistensi Tuhan Yesus Kristus. Itulah iman yang dapat memancarkan hal-hal yang di luar jangkauan pikiran manusia yaitu iman yang dapat merubah hati anda dan membuat anda dibenarkan di hadapan Tuhan. Kepercayaan anda kepada eksistensi Yesus Kristus sebagai juruselamat membuat anda diperkenankan oleh Tuhan. Sebaliknya penolakan anda berarti suatu kesombongan (ingatlah akibat yang akan ditimbulkan oleh karena kesombongan).
Sekarang, jika anda adalah seorang Muslim, apakah anda ingin mendapat perkenan Tuhan atau anda tetap ingin hidup dalam dosa-dosa anda dan hanya bergantung kepada kemampuan daya pikir anda yang sangat terbatas itu? Apakah anda mengetahui apa yang dikatakan Yesus Kristus mengenai masalah ini? Yesus berkata, “ … sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu” (Yohanes 8:24). “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam surga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Tuhan lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Tuhan tentang PuteraNya. Barangsiapa percaya kepada Putera Elohim, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Tuhan, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Tuhan tentang PuteraNya. Dan inilah kesaksian itu: Tuhan telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam PuteraNya. Barangsiapa memiliki Putera, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Putera, ia tidak memiliki hidup” (1 Yohanes 5:7,9-12).
No comments:
Post a Comment