Sungguh tidak mungkin kita memahami seutuhnya sejarah dunia dan percaturan dunia internasional saat ini tanpa mengenal isi Alkitab. Otoritas nubuatan Alkitab telah menjadikan pesan-pesan yang disampaikanNya lebih relevan dengan keadaan saat ini dibanding dengan pesan-pesan dari surat kabar esok lusa. Alkitab akan terus-menerus memberantas ketidaktahuan orang kafir yang ‘berpendidikan’ sampai mereka tersungkur di hadapan kaki Elohim untuk mencari tahu kebenaran dan kehidupan di dalam FirmanNya.
Setelah menolak Firman Kehidupan, manusia mengembara dalam khayalan dan kebejatan pikirannya untuk mencari pertolongan dari anasir-anasir lain seperti ‘yoga’ dan segala macam cara pemujaan yang bersifat esoteric (bersifat terbatas) – sekalipun dia berlagak seolah-olah dia tidak percaya pada tahyul.
Alkitab ditulis oleh lebih dari empat puluh penulis yang memiliki sikap hidup (latar belakang kehidupan) yang berbeda satu sama lain – para raja (misalnya Daud), para pangeran (misalnya Musa), para imam (misalnya Yehezkiel), para nabi, politisi, dam ilmuwan (misalnya Ezra, Daniel, Paulus), para tentara (misalnya Yosua), para nelayan (misalnya Petrus dan Yohanes), para peternak domba (msialnya Amos), para pemungut pajak/cukai (misalnya Matius), dan lain-lain. Sebagian besar dari mereka hidup pada zaman atau periode yang berbeda satu dengan yang lain, banyak di antara mereka yang tidak saling mengenal, dan tidak pernah saling bertemu di manapun. Namun keselarasan tematis dari segenap isi Alkitab terukir dengan jelas mulai dari Kitab Kejadian sampai dengan Kitab Wahyu. Para penulis tersebut menuliskan pesan-pesan yang sama namun tidak seorangpun dari mereka yang menulis dengan cara yang sama atau hal yang sama persis dengan penulis yang lainnya. Kitab yang satu dilengkapi oleh kitab yang lain sampai akhirnya seluruh kitab disempurnakan dalam kitab Wahyu. Bahkan Pohon Kehidupan yang ‘terhilang’ dalam kitab Kejadian akhirnya ‘ditemukan kembali’ dalam kitab Wahyu.
Semua hal tersebut sungguh menakjubkan bagi penglihatan kita dan sangat meyakinkan kita bahwa Alkitab adalah sebuah kitab yang dikelola langsung oleh suatu Roh yang sangat jenius yaitu Roh Elohim yang konsisten dan yang panjang sabar. Sebagian besar orang-orang yang menyatakan bahwa Alkitab tidak ilmiah dan penuh dengan kontradiksi telah mulai menjilat ludah mereka sendiri manakala mereka menyadari kebodohan mereka meskipun mereka dapat meraih berbagai title akademik dan kebodohan mereka tersebut tercermin dalam pemberian arti pada kosakata-kosakata yang digunakan dalam Alkitab serta kebodohan mereka dalam menginterpretasikan Alkitab. Kami tahu bahwa hanya orang-orang yang kurang informasi saja yang masih berbicara mengenai ketidakilmiahan Alkitab atau masih mengatakan bahwa Alkitab tidak mengandung nilai sejarah. Terjemahan Alkitab versi King James menggunakan bahasa yang sangat indah dan diselingi dengan unsur-unsur bahasa yang menjadi ciri zaman pada saat mana terjemahan Alkitab versi ini dikerjakan. Sebaliknya bagaimana mereka akan menjelaskan kepada kami mengenai terjemahan Alquran yang dikerjakan pada abad ke 20 namun kosakata yang digunakan masih tetap kosakata yang bernuansa zaman kuno? Apakah para ilmuwan berpikir bahwa kearkaisan kata-katanya (maksudnya kata-kata yang tidak lazim dipakai lagi) itulah yang menjadikan kitab itu suci.
Alkitab ditulis oleh beberapa puluh orang namun isinya secara tematis sangat konsisten. Sebaliknya Alquran, yang diperkirakan ditulis oleh satu orang, atau seperti yang diyakini oleh umat Muslim bahwa Alquran ditulis oleh Allah di sorga, ternyata justru mengandung banyak kontradiksi kategorial yang sangat serius.
Perlu kiranya bagi kami untuk mengungkapkan satu atau dua kontradiksi tersebut dalam rangka membantu kita untuk mengetahui siapakah kemungkinan yang menulis Alquran itu. Pertama-tama marilah kita mengungkapkan kasus mengenai kebutahurufan Muhammad. Sejumlah orang mungkin bertanya-tanya mengapa para ilmuwan Muslim yang tersohor masih tetap mempertahankan klaim mereka atas kebutahurufan nabi mereka dan mengapa mereka tidak merasa malu pada keadaan tersebut. Ada dua alasan yang dapat diajukan dalam menjawab masalah ini. Pertama, Alquran menyatakan dalam Surat 7:158 bahwa nabi Muhammad adalah nabi yang tidak berpendidikan dan yang buta huruf. Kedua, walaupun sejumlah ilmuwan berbeda pendapat dalam menafsirkan arti dari ayat ini, klaim dan interpretasi semacam itu dari umat Muslim memang diperlukan untuk mengesahkan pernyataan sebelumnya bahwa Muhammad bukanlah penulis Alquran melainkan Buku itu diturunkan dari surga. Alquran diberikan kepada Muhammad, oleh sebab itu Buku tersebut bebas dari campur tangan manusia.
Data kosmogoni dan kosmologi yang tertulis dalam Alquran tidak dapat dijadikan pegangan karena selalu berubah-ubah (maksudnya dalam ayat yang satu dikatakan begini atau begitu dalam ayat yang lain dikatakan lain lagi). Misalnya dalam Surat 54:49-50 dikatakan, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata”. Maksudnya ketika Allah mengucapkan sepatah kata untuk menciptakan alam semesta, dalam sekejap mata itu pula seluruh alam semesta tercipta, jadi waktu penciptaan kurang dari satu masa (satu periode). Namun dalam Surat 41:9 dikatakan bahwa bumi diciptakan dalam dua masa (dua periode). Dalam Surat 41:10 dikatakan “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan memberkatinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-nya dalam empat masa (empat periode)”. Dalam Surat 41:12 dikatakan bahwa “tujuh langit” diciptakan dalam dua masa (dua periode). Selanjutnya dalam Surat 7:54 dikatakan, “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa (enam periode)”. Pernyataan tersebut diulang lagi dalam Surat 10:3 dan Surat 32:4. Barangkali pada waktu itu Muhammad mendengar pernyataan Alkitab yang benar mengenai lamanya masa penciptaan alam semesta dan segala isinya yaitu 6 hari seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian. Namun nampaknya Muhammad lupa mencabut kembali pernyataan Alquran sebelumnya yang menyebutkan 2 masa atau 4 masa. Jadi, selama penyelesaian Alquran, semua data tersebut dibendel bersama-sama dalam satu buku. Namun Surat 32:5 juga menyatakan bahwa satu hari sesungguhnya merupakan ‘seribu tahun menurut perhitunganmu’. Pernyataan tersebut menambah bingung diri kita. Dalam Surat 70:4 dinyatakan, “Malaikat-malaikat dan Jibril (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun (maksudnya malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. Apabila dilakukan oleh manusia memakan waktu lima puluh ribu tahun)”. Jika umat Muslim menyatakan bahwa Alquran ditulis di surga dan disimpan oleh Allah di sana, kami tentu mengatakan bahwa Alquran tidak sesuai untuk konsumsi penalaran manusia, dan kami lebih suka buku lain yang lebih konsisten.
Buku kecil ini tidak bertujuan untuk menyajikan suatu hasil penelitian secara panjang lebar dan melelahkan mengenai kontradiksi-kontradiksi yang etrdapat dalam ALquran. Namun kami perlu membahas satu atau dua kontradiksi yang terkandung dalam Alquran tersebut. Kontradiksi-kontradiksi itu berkaitan dengan pernyataan Alquran tentang kekristenan. Sungguh menarik untuk dicatat bahwa meskipun dengan penuh rasa benci terhadap segala sesuatu yang berbau Kristen, Alquran masih tetap mencantumkan kebenaran-kebenaran dari beberapa wahyu yang disampaikan tentang kekristenan. Misalnya dalam Surat 3:55 dinyatakan, “(Ingatlah), ketika Allah berfirman: Hai Isa (Yesus), sesungguhnya Aku (Allah) akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaKu serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat”. Selanjutnya dalam Surat 5:46 dinyatakan, “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”. Alquran mengkonfirmasikan tentang Yesus yang dilahirkan oleh seorang perawan dan mengatakan bahwa Yesus adalah Firman Allah, Roh Allah yang ditiupkan ke dalam tubuh manusia (catatan penterjemah: baca Surat 19:16-22; Surat 4:171; Surat 21:91). Salah satu Surat tersebut, yang dimaksud Surat 21:91 menyatakan, “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)-nya roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam”.
Kami bertanya-tanya siapakah gerangan yang berbicara di sini: Allah atau Elohim? Kalau itu adalah Elohim berarti Dia pasti pernah pada suatu kali berbicara kepada Muhammad mengenai keilahian Yesus. Bila kasusnya demikian pasti Muhammad tidak dapat mengelak lagi, bagaimanapun bias dan irinya dia terhadap Yesus. Namun, pada sisi lain, kalau kebenaran-kebenaran yang sangat mendasar seperti itu terdapat dalam Alquran dan menurut mereka merupakan kitab yang diilhami oleh Allah, mengapa banyak orang Kristen yang tidak mempedulikan buku itu sebagai buku suci dari Tuhan? Jawaban kami adalah: kami tidak percaya pada Alquran karena ada berbagai penyangkalan-penyangkalan kategorial dari semua kebenaran-kebenaran tersebut yang juga terdapat dalam Alquran yang sama, dan jawaban kedua adalah bahwa kami hanya mempercayai sebuah kitab suci yang konsisten, terutama, kalau hal tersebut menyangkut hal-hal yang mempengaruhi keselamatan manusia.
Contoh lain sebagimana yang pernah dikutip di atas yaitu Surat 3:55 dengan jelas menyatakan bahwa Isa (Yesus) telah sampai pada ajalNya dan Allah sendiri akan mengangkat Isa kepadaNya. Selanjutnya dalam Surat 19:33 nabi Isa (Yesus) berkata: “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.
Namun, dalam usahanya untuk menghapuskan (menghilangkan) berita mengenai penyaliban Isa (Yesus), Muhammad nantinya menyatakan dalam Surat 4:157-158 bahwa Isa (Yesus) sebetulnya tidak dibunuh oleh orang-orang Yahudi sebagaimana yang diberitakan, dia juga tidak disalibkan. Yang dibunuh oleh orang-orang Yahudi ialah orang yang serupa/mirip dengan Isa (Yesus), jadi berita tentang terbunuhnya Isa (Yesus) oleh orang-orang Yahudi sesungguhnya hanya berita yang tidak benar atau berita rekayasa belaka. Berita yang sebenarnya adalah bahwa Allah telah mengangkat Isa (Yesus) langsung kepadaNya.
Jika Muhammad adalah orang yang menyusun kata-kata dalam Alquran, berarti dia adalah orang yang mengomentari suatu peristiwa yang terjadi lebih dari lima ratus tahun sebelum dia sendiri dilahirkan, dengan menyatakan pada kita bahwa ‘nampaknya saja seolah-olah seperti itu’ [maksud kata-kata Muhammad adalah orang-orang Yahudi menganggap bahwa yang mereka bunuh dan salib itu adalah Isa (Yesus) padahal sesungguhnya bukan Isa (Yesus), hanya mirip-mirip atau nampaknya saja seperti Isa (Yesus)]. Tidak mudah bagi kita untuk mempercayai gaya penulisan atau inspirasi Alquran semacam itu sebagai atribut Elohim (interpretasi penerjemah: kalau kita teliti sifat-sifat yang menjadi ciri khas Elohim seperti yang ada dalam Alkitab, kita akan menyimpulkan dengan pasti bahwa bukan Elohim yang memberi inspirasi Alquran tersebut). Kami mengharapkan adanya koherensi berpikir yang baik dari suatu komposisi/tulisan yang dikerjakan manusia biasa (apalagi kalau komposisi/tulisan itu dikerjakan oleh seorang nabi). Bagaimana koherensi berpikir dari penulis Alquran tersebut kalau pernyataan dalam 3 Surat disangkal secara kategorial oleh pernyataan dalam Surat 4 (yang dimaksud Surat 3:55 yang menyatakan bahwa Isa (Yesus) akan meninggal dan kemudian diangkat oleh Allah, namun Surat 4:157-158 menyatakan bahwa Isa (Yesus) tidak meninggal tetapi langsung diangkat oleh Allah).
Apakah yang harus kami katakana dalam rangka menanggapi hal tersebut di atas? Ada dua kemungkinan penjelasan untuk menanggapi masalah ini. Pertama, Muhammad dengan sengaja berusaha menyangkal kematian dan kebangkitan Isa (Yesus), karena cerita semacam itu akan berdampak serius bagi ajaran agama Islam. Selain itu, cerita mengenai kematian dan kebangkitan Isa (Yesus) tersebut akan membuktikan bahwa Isa (Yesus) berkuasa atas kematian dan oleh karenanya Isa (Yesus) sangat memenuhi syarat sebagai seorang juruselamat. Kedua, penjelasan alternatifnya adalah jika umat Muslim mempertahankan pendapat mereka bahwa Muhammad sungguh-sungguh diberi inspirasi oleh Allah, tentunya Allah tersebut adalah seorang pembohong dan penipu ketika Allah menyatakan bahwa Isa (Yesus) akan meninggal tetapi ternyata Allah tidak dapat melaksanakan apa yang telah diucapkanNya (karena kenyataannya Isa/Yesus tidak meninggal).
Kalau dengan kematian Isa (Yesus), Allah, andaikan adalah Elohim, mempunyai suatu rencana besar bagi umat manusia, tentunya akan sangat kecewa kalau Dia (Allah) tidak dapat melaksanakan rencanaNya tersebut karena Isa (Yesus) ternyata terhindar dari kematian. Sungguh merupakan kelemahan Allah, kalau ternyata Isa (Yesus) terhindar dari kematian di Kayu Salib yang seharusnya merupakan suatu cara kematian yang akan dialamiNya sebagaimana yang telah direncanakan oleh Allah sendiri.
Banyak ilmuwan Islam bingung tentang apa yang harus dipercayai dalam Alquran sehubungan dengan kematian dan kebangkitan Isa (Yesus). Dalam mengomentari Surat 43:61 yang menyatakan bahwa sesungguhnya Isa (Yesus) itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat, Helmut Gatje (seorang ilmuwan beragama Islam) dalam bukunya yang berjudul The Qu’ran and its Exegesis/ Alquran dan Tafsirnya, menjelaskan antara lain, “Isa (Yesus) memberikan pengetahuan tentang hari kiamat karena Dia melalui kebangkitanNya telah membuktikan bahwa Tuhan mempunyai kuasa untuk membangkitkan orang mati pada Hari Pengadilan Akhir”
>Bro ayat2 Al-Quran yg km maksyd itu nama surahx apa..kasi jelas kalo mw mncatutkn isi2 kitab suci umat lain. biar bisa dipertanggungjawabkn.OK
ReplyDelete