Wednesday, May 27, 2009

APA ITU SYARIAH ISLAM?

SEBENARNYA, APA YANG MUSLIM CARI DALAM SYARIAH ISLAM?

Cara Muslim memandang, memahami, dan mengingini pemberlakuan
SI adalah sebuah misteri tersendiri. Pengertian setiap orang berbeda
soal SI.
(+) “Saya ingin agar SI diterapkan di Indonesia”.
(--) “Apa maksudmu? Apa kamu setuju kalau
perempuan pergi mesti didampingi muhrim-nya?”
(+) “Bukan itu maksudnya”
(--) “Atau kamu setuju poligami?”.
(+) “Saya benci poligami”
Dan ini bisa diteruskan panjang...
Tetapi mereka ini mendukung penerapan Syariah!
Ada suatu misteri, yang unspoken!
Dikaburkan oleh simbol2 Islami dan “religious submission” satu arah,
yang turut menafikan nilai2 peradaban dan agama diluar Islam:
“Kami, Muslims tidak belajar apapun dari para kafir”.
“Islam is the only solution”.


Mosab Hassan Yousef,

Anak pemimpin Hamas, yang murtad dari Islam,
mengakui ketidak-tahuan Muslim
tentang agamanya sendiri
[interview dengan Fox News,12 August, 2008]
“There are two facts that Muslims don’t understand …
(1) More than 95% of Muslims don’t understand their own
religion … They rely on religious men to get their
knowledge about Islam.
(2) They don’t understand (either) anything about other
religions ... So, all their ideas about other religions are from
Islamic perspectives. Now, here is the reality after I studied
Christianity – which I had a big misunderstanding about,
because I studied about the Christianity from Islam…
there is nothing true about Christianity when you
study it from Islam, and that was the only source …”.



STRATEGY DASAR KEMENANGAN AGENDA ISLAM

• MENYALAH-NYALAHKAN
• MENTEROR
• DUSTA-MENIPU DAYA
(TAQIYYAH, WHITE LYING)
• MENDOMINASI

MENYALAH-NYALAHKAN
blaming-accusing to justify terror & aggression
• Quran adalah satu2nya buku suci yang menyalah-nyalahkan kitab2 suci
orang lain (2;79, 5:15 dll).
• Juga satu2 nya yang terlanjur menyalahkan manusia lain/ non-Muslim
sebagai binatang yang sejahat-jahatnya:
“The worst of beasts in God’s sight” (8:55).
• Muslim selalu memposisikan pihaknya sbg yang di-dzalimi:
di-diskriminasi, dilecehi, tidak dihormati, dihujat & disalah-ngerti.
• Menganggap diri sbg self-defender, maka Muslim selalu menuduh para kafir
sbg pihak aggressor. Apa sebab? Karena siapa saja yang kafir atau yang
menentang Allah dan RasulNya adalah musuh yang layak dikenakan agresi
atau dibuang dari negerinya (8:12,13; 5:33).
• Quran menyalahkan Yahudi & Kristen tidak berhenti membenci &
memerangi Muslim, hingga terjadinya murtad (2:120, 217).
• Muslim berkata: “Kami menghormati Yesus, mengapa kalian menista
Muhammad”? “Kenapa kalian tidak menghormati dan tidak fair terhadap
humanitas Islam kami?”
(Berhormat secara intellectual, bukan iman; secara mulut, bukan action).

TEROR: Geostrategy Jihad
• “Masukkan rasa ketakutan dan bunuh...”
(QS. 33:26, 2: 120, 216-218, 8: 60)
• “Cast terror into their hearts…” (33:26, 3:151)
• “Take neither Jews nor Christians for your friends” (5:51)
• Fatwa-mati dikenakan secara sepihak, dan jihad menyerukan
“until kill and be killed” (9:111).
• Geostrategy teror berkaitan dengan “nubuat” akan puncak
kemenangan Islam diseluruh dunia:
“Dialah yang mengutus RasulNya dg petunjuk dan agama yang
benar, supaya Dia memenangkannya atas sekalian agama”
(9:33, 48:28, 61:9).
* Muslim selalu menuntut apologi secara publik dengan terror,
tetapi praktis tidak minta maaf satu katapun dari pihaknya.

DUSTA “PUTIH”
(Qs. 3:54, 8:30, 5:89)

• Allah adalah most supreme, tidak terikat
pada hukum manapun. Dia berdiri diatas
hukum, yang melakukan apapun yang
dikehendakiNya, “God is supreme Plotter”
• Allah memberi konsesi untuk conditional
cheatings (taqiyyah/ dissimulation) dan
penggantian ayat (QS.16:106, 2:106,173, 3:28, Shahih
Bukhari vol. 9, Book 89).
• Tebusan atas sumpah palsu demi Allah
adalah memberi makan atau pakaian bagi 10
orang fakir (berupa materi)


DUSTA KASAT MATA
* “Rasul Allah berkata, ”Dusta diizinkan hanya dalam 3 perkara:
”dusta sang suami terhadap istrinya demi menyenangkannya,
dusta dalam perang, dan dusta untuk mendamaikan orang“
(Al-Tirmidhi, no.5033).
* Allah melakukan pendustaan terhadap Muhammad lewat mimpi
perang (se-olah2 jumlah musuh sedikit), demi mendorong dia
berani maju dalam perang Badar (QS.8:43).Tetapi persoalannya:
perlukah dorongan Allah kepada NabiNya dilakukan dengan
memilih pendustaan?
* Terliput luas oleh media bahwa Hamid Ali (spiritual leader of Al-
Madina mosque in Beeston, UK) mengutuk secara terbuka
pengeboman London 7 Juli, 2005. Namun perbincangan
rahasianya dengan seorang Banglades tersadap oleh reporter
Sunday Times. Disitu Hamid Ali berkata bahwa 7/7 bombings
adalah aksi yang baik, seraya memuji para pengebom-nya.
* Muslim berkata: “Islam” means “peace”
(padahal Islam berarti submission, penyerahan total kpd Allah).


DOMINASI (I)
• Dominasi Media: demo jalanan & show kemarahan
• Dominasi Demografi: dengan rate kelahiran/ population explosion
• Tuntut legislasi eksklusif utk Muslim:
• Parlemen Lokal, Islamic Courts
• Islamic center, mesjid, musholla,
• Faith based school & hospital, kantin halal,
• Toilet Islamic yang terpisah
• Monopoli kata2 Arab, seperti kata: Allah, iman, nabi

DOMINASI (II)
* Dominasi Territory dilakukan berdasarkan posisi,
Sebagai mayoritas: policy transmigrasi, program
imigrasi, pengusiran komunitas non-Muslim.
Sebagai minoritas: menciptakan kantong Muslim, agar
tidak berpencaran dengan akibat terjadi asimilasi
dengan “kafir” sehingga kekuatan politiknya bisa lemah.

* The Might of Petro-dollar Surplus:
Islamic Real Estate Financing,
Perluasan Mikro Kredit Berbasis Syariah
Sponsoring Universitas dan Research Institutions

* Perluasan Islamic symbols/ cultural expression
Busana Islam, penampilan simbol Arab (signs, streets,
sinetron, dll), kontes pengajian Quran, keharusan2
Islamik dalam pencalonan pimpinan daerah, free
distribution of Quran, dll.

ISLAM-KAN 1,3 MILIAR PENDUDUK CHINA!
Spanduk-spanduk yang terpampang dipusat kota turisme Xian memperlihatkan betapa serius
dan terbukanya ambisi supremasi Islamic world domination!

DOMINATING (III)
“Mengasimilasi Barat”
MEREKAYASA ISLAMIC HISTORY & “THE ISLAMIZATION OF KNOWLEGE”

Usaha untuk mengangkat Islam dalam setiap disiplin akademis
dengan mendasarkan semua arts & ilmu kedalam doktrin islamik):
• Napoleon direkayasa masuk Islam; penyelidik Muslimlah
yang menemukan Amerika sebelum Columbus;
Muslim mendirikan hospital pertama didunia, dll.
• Sponsor Universitas/ Badan research utk agenda Islami.
• Menolak mata-pelajaran sekolah ttg ethical behavior
(digantikan dg buku Islamic behavior spt “Ahlak Mulia”).
• Mengubah tanda “plus”, karena terasosiasi dengan
“tanda salib” Kristen.
• Merevisi text books Barat dg introduksi warisan Islami.

ON DEMAND
DEWAN HAM PBB dituntut
untuk mengeluarkan undangundang
bahwa Quran dan Muhammad itu steril dan imun (kebal) dari hujat & kritik.

Apa yang Dicari Muslim
dalam SYARIAH ISLAM?
Rahmatan lil Alamin
(Rahmat bagi segenap alam)!
Tanpa SI, dipercaya tak akan tercipta dunia yang adil,
damai dan sejahtera, dan selalu jauh dari kemanusiaan
yang berahklak mulia.
Apa dasar Muslim memilih SI? Surat 5:44,
“Barangsiapa yang tidak menghukum dg apa yang telah
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang2 yang kafir”
Para Imam di Belanda dll menyatakan bahwa hukumhukum
Islam lebih superior ketimbang bentuk-bentuk
legislasi yang lain; tidak ada keperluan untuk mentaati
hukum-hukum lainnya.

Strategi Persiasatan Syariah Islam

(1) Memperenteng/ Memplesetkan Istilah SI

• Ketika SBY berkampanye th 2004, beliau ditanyai
seorang wartawan Kristen: “Apakah Bapak akan
menegakkan SI bila nanti jadi Presiden?”.
SBY menjawab “eloquently” bahwa Syariah itu adalah
ibadah Islam yang pantas ditunaikan oleh
penganutnya, persis seperti penganut agama2 lain
yang pantas pula menjalankan ibadah mereka.
• Disini, karena sederhananya pertanyaan sang
wartawan, maka SBY berhasil mereduksi SI secara
ringkas menjadi semacam rukun Islam yang tidak
tampak segi-seginya yang „menakutkan“.

(2) SI selalu tidak digambarkan utuh dalam rencana perundangan,
apalagi dalam kampanye!

• Apa keseluruhan paket SI yang harus
ditegakkan dalam sebuah negara
Islam yang kaffah (sepenuhnya)?
Tidak pernah dibicarakan pemimpin
Islam manapun! Padahal cakupannya
adalah amat sangat luas dan multitafsir,
meliputi hukum Quranik dan
Sunnah, bahkan Qiyas dan Ijma.

Beli Kucing Dalam Karung?
Para Muslim (dan Non-Muslim) seharusnya
mempertanyakan dengan amat kritis kepada
setiap Parpol Islam yang pro-SI:
“Hukum-hukum SI apa yang secara spesifik
hendak ditegakkan oleh masing-masing
Parpol Islam? Syariah yang mana? Sejauh
mana paket final keseluruhan hukum SI yang
mau (atau tidak mau) dijalankan?”
Jangan seorangpun beli kucing dalam karung.

Saudi Arabia

• Pemerintah Saudi Arabia menjadikan
Quran itu Konstitusi Negara dan SI
sebagai seluruh sistim hukumnya. Hakim
dituntun oleh hukum-hukum dan prinsip2
umum dari jurisprudensi Islam yang sering
kabur dan berbeda tafsirannya diantara
hakim-hakim yang berbeda.
(the application of Islamic apostasy law in the world today)

Britain

• Inggris kini punya Pengadilan Syariah, mirip
dengan Malaysia. Bedanya, di UK, Muslim dapat
memilih kasusnya dibawa ke Syariah atau
Pengadilan Civil.
• British Muslims ini dapat tekanan dari mesjid2
dan komunitas untuk menyelesaikan kasus
persengketaannya di pengadilan Syariah. Para
Mullah berkata bahwa adalah dosa besar bagi
seorang Muslim apabila ia tidak memilih
pengadilan Syariah. Dasarnya? Allah-lah yang
memerintahkan hal ini => Qs. 5:44 b.

Sudan

• Sudan sempat menerapkan hukuman potong
tangan dan kaki bagi pemaling. Ternyata pemaling
tidak surut sehingga banyak yang jadi amputees.
Melihat begitu banyak rakyatnya yang jadi invalid
ini, Pemerintah Sudan menjadi ngeri sendiri, lalu
diam-diam menghapuskan klausul amputasi.

• Hukum Allah bolehkah menjilat air liurnya sendiri?

• Maka para invalid Sudan yang sudah terlanjur jadi
korban, menuntut hak-haknya untuk mendapatkan
kompensasi “tangan dan kaki” dan penderitaan
mereka seumur hidup.

Apakah Partai Islam, hendak tegakkan hukum-hukum SI berikut ini?

• Perempuan harus ditemani muhrimnya tatkala bepergian? (Sahih Bukhari 564)
“Sesunggguhnya perempuan itu aurat; apabila ia keluar dari rumahnya, dia
dielu-elu kan setan” (diriwayatkan Turmudzi, dari Ibn Mas’ud)
• Poligami bagi sang suami? 2, 3, atau 4 istri? (QS.4:3)
• Hukuman mati bagi yang murtad Islam? (ditetapkan semua mazhab)
• Wajib Sholat 5 waktu sehari & puasa penuh sebulan Ramadhan?
• Wanita tak boleh jadi pemimpin/ president? (QS.4:34, HSB1569)
• Wanita yang nusyus (“membangkang”) kepada suaminya boleh dikenai
pukulan badan, serta digugurkan nafkah baginya? (QS.4:34).
[Re: Suara Pembaruan 22 Jan.2009, PM Australia, Kevin Rudd, mengecam
seorang ulama Muslim, Samir Abu Hamza, yang menyatakan bhw laki-laki
memiliki hak untuk memaksa istrinya berhubungan badan 9kapanpun
diinginkan sisuami) dan memukul istrinya jika tidak patuh. “Saya mendesak
ulama Islam ini meminta maaf kepada publik dan menarik kembali
pernyataannya”].

Apakah Partai Islam, hendak tegakkan
hukum-hukum SI berikut ini? (Con’t)

• Hak waris, dan hak-bersaksi didepan hukum, dan Dyat wanita (ganti
rugi yang didendakan) adalah setengah dari hak laki-laki?
• Potong tangan atas pencurian sebutir telur, atau barang senilai ¼
atau 4 dirham? (QS.5:38, HSB 1807, 1810). Bagaimana dg koruptor Muslim?
• Haram pelihara anjing? Bahkan harus membunuhnya? (HSB 4/ 539, 540)
• (Hukum rajam atau cambuk 100x dimuka umum bagi pezinah dan
pelacur? (QS.24:2).
• Jangan bersalaman kepada Yahudi dan Nasrani, melainkan
persempitlah jalannya? (HR Shahih Muslim)
• Adalah kriminal bagi penginjilan/ penyiaran agama lain kepada
Muslim? Sementara Islam bebas berdakwah kepada siapapun?
• Minoritas Non-Muslim diperlakukan sebagai kaum Dhimmi
(minoritas “taklukan” dalam negara Islam) diwajibkan membayar
pajak Jizyah? (QS.9:29) Istilah halusnya pajak “perlindungan”. Dhimmi
ini harus tunduk atas keputusan negara, juga tunduk atas pelbagai
perlakuan institusi keagamaan … (busana, sweeping maksiat, dll).

(3) SI di klaim hanya untuk pemeluk
Islam secara eksklusif

• Radio-radio daerah banyak mempropagandakan
isu ini,dengan berkata: “SI tidak perlu dirisaukan
oleh Non- Muslim, karena SI hanya berurusan
dengan Muslim semata”.
• Banyak orang non-Muslim merasa hal ini
sebagai benar. Bukankah thd pasal 29 UUD 45
ingin dicantumkan 7 kata tambahan, dan itu
hanya ekslusif untuk Muslim:
“dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya“.

Piagam Jakarta

• Apakah kita sadar 100% apa makna dibalik 7 kata tsb?
Implikasi dari kata-kata “Kewajiban menjalankan Syariat
Islam“ berarti bahwa: umat Islam tidak dapat dan tidak
boleh berpindah keagama lain, karena mereka kini
WAJIB tunduk kpd hukum syariah!! (namun sebaliknya,
umat agama lain boleh beralih keagama Islam).
• Penginjilan kpd Muslim serentak berubah jadi tindak
kriminal! Inilah ketidak-adilan yang tersembunyi dibalik
kata-kata yang baik! Tidak ada panen-raya jiwa-jiwa
seperti yang dikotbahkan sejumlah hamba Tuhan yang
kurang paham apa hakekat SI itu sesungguhnya!
• Dan SI menetapkan bahwa setiap Muslim yang murtad
harus dihukum mati: “Siapapun yang mengganti agama
Islamnya, bunuh dia“. (HSB vol.4, no.260, vol.5, no.630 dll).

Mustahil eksklusif utk Muslim saja tanpa mendampak non-Muslim

• Bagaimanapun, pemberlakuan SI mustahil hanya berurusan
dg pihak Muslim saja. Karena sumber hukumnya sendiri telah
memberlakukan diskriminasi terbuka yang harus dikenakan
kepada non-muslim! Ijtihad tidak akan menghapus berpuluh
puluh ayat yang terlanjur memusuhi:
• “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah...
yaitu orang-orang yang diberikan Alkitab kepada mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang
dalam keadaan tunduk” (QS.9:29)...Pemajakan ini murni
berdasarkan agama, hanya terjadi dinegara Islam, bersifat
“penghukuman” (maz. Hanafi).
• Perangilah orang2 kafir dan munafik dan bersikap keraslah
terhadap mereka (QS.66:9).
• “Persempitlah jalan mereka” (yaitu, Yahudi & Nasrani)
“Janganlah mengambil mereka itu menjadi temanmu/
pemimpinmu” (Shahih Muslim, QS.5:51).

(4) SI di-klaim sebagai penjamin
hak-hak minoritas?

• “SI adalah penjamin hak2 minoritas secara jelas, lebih
dari hukum manapun...” keadilan adalah jiwa dari SI”.
(Yuzril Ihza Mahendra, Media Dakwah, Juli 2002).
• Ternyata yang dijamin SI bukanlah kesamaan dan
kesetaraan hak bagi setiap warga, melainkan sisa hakhak
minoritas setelah disunat dan dikenakan diskriminasi
terhadap keadilan dan hak-hak azazi-nya.
[Bagaimana dg kebebasan ber-expresi dan
berkeyakinan, beribadah/ membangun rumah ibadah
atau fasilitas keagamaan, perkawinan antar agama,
upacara penguburan jenazah, „kesetaraan darah“ antara
Muslim thd non-Muslim, pajak dan lapangan kerja, dll ]

(5) “Sharia is the only solution”

• Ekonomi kapitalistis telah gagal. Demokrasi bebas ala Barat telah
kebablasan. Humanisme Sekuler tidak mengangkat kemanusiaan. Panca
Sila telah diberi kesempatan panjang namun gagal memulihkan kondisi
kritis bangsa, tidak konkrit menegakkan keadilan, ketertiban dan moral.
Tanpa menjadi Muslim yang taqwa, tak akan mengatasi masalah bangsa.
Tanpa SI, tak akan tercipta kehidupan yang harmonis yang di rahmati
Allah. Now, SI is the only solution!
• Ironis! Dimanakah solusi SI yang adil bagi non-Muslim dan
perempuan? Bagaimana solusi SI tatkala perempuan diperkosa?
Dimanapun (selama 14 abad berjalan) SI tidak pernah terbukti
reputasinya untuk menjadi teladan negara damai-adil-sejahtera,
Mitos bahwa agama dianggap sanggup menyelesaikan segala
kemelut persoalan hidup manusia.
• Faktanya justru masyarakat “sekuler” seringkali lebih mampu
menciptakan kedamaian dan keadilan bagi warganya, sementara
masyarakat yang begitu ngotot memperjuangkan simbol-simbol
keagamaan – tetapi lupa essensinya – malah yang kerap dilanda
kerusuhan (Komaruddin Hidayat)

Doktrin taqiyyah turut bicara

• Doktrin Taqiyyah, disimulasi atau dusta yang diizinkan Allah.
Merupakan terobosan Islam dalam keadaan darurat, agar
terlepas dari ancaman bahaya, atau menuju victory.
• Semula taqiyyah dimaksudkan untuk Muslim (utamanya Shiah)
menyelamatkan diri thd penganiayaan musuh, yaitu dengan
mengingkari agamanya. Kemudian diperluas hingga mendustakan
barang milik dan harga diri, dan seterusnya taqiyyah dipakai luas
untuk siasat dan melindungi hal2 yang bahkan non-emergency
(Qs.16:106, 3:28).
• Rasul Allah berkata: ”Dusta diizinkan hanya dalam 3 perkara:
“dusta sang suami terhadap istrinya demi menyenangkannya,
dusta dalam perang, dan dusta untuk mendamaikan orang“
(Al-Tirmidhi, no.5033).
• Bukhari dalam Shahihnya mengekalkan taqiyyah ini hingga kiamat,
maka berwaspadalah:
At-Taqiyya will remain till the day of Resurrection”
(HSB vol.9, book 89).

Penutup yang Tragis

• Quran mengatakan: “tidak ada paksaan dalam
beragama...Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”,
namun SI mutlak bermuatan “menghalalkan darah”
orang yang berpindah agama (murtad dari Islam).
HSB vol.4, no.260, vol.5,no.630.
• “Syariah hanya memberikan human duties, bukan
human rights” (Ibn Warraq).
• Adakah negara Islam yang dapat dijadikan model ideal
bagi SI? Jawabannya: “Saya rasa hal itu tak pernah
akan ada...Akan ada perselisihan yang tak usai-usainya”
(Dr. Amin Abdullah, ketua IAIN sunan Kalijaga).
“Islam is a one way street. You can convert to Islam but
not to convert from Islam. You enter through a door but
there is no way out”.

Kesaksian Sheik Ali Abd Al-Raziq mantan Hakim Syariah lulusan Al-Azhar

• “Doktrin Islam tidak pernah menentukan sistim
pemerintahan yang definitif...Sistim pemerintahan
yang dibentuk setelah wafatnya Nabi itu
semata diadopsi orang2 Arab, dan dinaikkan
derajatnya dengan istilah Khalifah demi untuk
memberi legitimasi religius, namun Nabi sendiri
tidak pernah menyebut dirinya sebagai Khalifah
penguasa. Sistim ini telah menjadi sumber manipulasi
bagi sebagian besar persoalan dunia
Islam”. Kini Anda lebih siap dan jernih
memilih SI atau menolaknya.

Sunday, May 17, 2009

Nabi Mana Menuding Alkitab Itu Palsu?

Diskusi : Nabi Mana Menuding Alkitab Itu Palsu?

Nabi-nabi dulu manakah yang pernah bernubuat bahwa Alkitab Asli akan ditelan oleh Alkitab Palsu? Dan Nabi-nabi belakangan manakah yang mencegah umatnya untuk membaca Alkitab karena isinya adalah palsu? Jawabannya satu: TIDAK ADA! Ketika Muhammad membenarkan Injil, pernahkan ia berseru:

“Percayalah kepada Injil yang Asli,dan awas terhadap Injil yang palsu!”

Dan ketika Yesus mengabarkan Injil, pernahkah tercatat ( di kitab Injil maupun Quran) Ia berseru: “Awas, Injil yang kubawakan akan hilang tak terjejak kelak”.
Bagaimanapun, Muhammad tidak pernah menuding bahwa Alkitab yang satu itu palsu adanya, kecuali mensinyalir adanya usaha dan ulah penyesatan Alkitab. Dan hal ini telah pula berulang-ulang diperingati di Alkitab sendiri. Yesus sendiri tidak pernah bernubuat bahwa InjilNya akan hilang dipalsukan orang. Justru yang dinubuatkan Yesus adalah kekalnya InjilNya, di tengah-tengah bakal datangnya nabi-nabi palsu, mesias-mesias palsu dan ajaran-ajaran palsu yang datang dengan memakai namaNya (Matius 24:5).

Yang dinubuatkan hilang oleh Yesus secara tepatnya adalah Bait Tuhan (Matius 24:12); atau hilangnya (matinya) Petrus dkk, sebagai soko guru pemberita Injil (Yohanes 21:18, 19; 16:2) Kalau kita menyadari betapa Injil sendiri jauh lebih penting daripada Bait Tuhan dan Petrus dkk, maka pastilah Yesus akan memberitahukannya juga jikalau Injil asli benar akan hilang! Bila Yesus (dan juga Muhammad) tidak menuduh atau menubuatkan hal yang diributkan pengkritik-pengkritik modern ini, maka bukankah bisa dipercaya bahwa Alkitab Sejati memang tidak hilang terpalsu?

Dan bilamana telah terpalsu sekalipun, pastilah Tuhan akan membatalkan pembenaranNya lewat Muhammad, tidak usah menunggu para pengkritik “modern” untuk membatalkannya secara sepihak, dengan menyuruh orang-orang lain agar jangan membacanya (Lihat IQMB halaman 27). Sebuah seruan yang melebihi wahyu!

Memang, Quran memperingatkan ada dua jenis usaha yang tidak terpuji dari orang-orang yang beriman yang mencoba “mengkorupsi” ayat-ayat Alkitab. Yang pertama, disinyalir ada yang merubah dan memutar-mutar lidah tatkala membaca (atau menafsirkan) Alkitab secara verbal. Kedua, peringatan tentang ada orang-orang yang menulis dengan tangan mereka sendiri lalu mengaku-aku bahwa itulah Kitabullah. Kita akan mengupas kedua-duanya.

SATU: PEMALSUAN VERBAL

Terdapat 10 ayat di dalam Quran dimana diindikasikan terjadi penyelewengan/penggelapan ayat Alkitab diantara sesama orang-orang Nasrani dan Yahudi. Namun dimanapun Quran tidak pernah menyatakan bahwa mereka-mereka itu merubah Alkitab dalam arti menghancurkan teks Kitab-kitab Suci yang asli untuk digantikan dengan Kitab yang palsu.

Apa yang terjadi adalah bahwa sekelompok mereka dianggap melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak terpuji dengan istilah: “mendengar firman lalu mengubahnya”, “merubah kalimat dari tempat-tempatnya”, “menjual ayat-ayat”, “lupa ayat”, “menyembunyikan yang benar”, “memutar-mutar lidah”, dll. Dan ini dilakukan untuk kepentingan kelompok maupun untuk memojokkan lawan. Itu sebabnya kita membaca model-model penyelewengan Kitab Suci yang bersifat “transmisi” dan “verbal” dan bukan perombakan dan substitusi tekstual dengan menghilangkan yang asli:

“…banyak dari isi Alkitab yang kamu sembunyikan dan banyak (pula yang) dibiarkannya…” (QS 5:15)

“… mereka merubah kalimat-kalimat Allah dari tempat-tempatnya…” (QS 5:13)

“… diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutarkan lidahnya membaca Alkitab supaya kamu mengiranya itu sebagian dari Alkitab, padahal ia bukan dari Alkitab…” (QS 3:78)

“… segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya…” (QS 2:75)

“… Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang benar dengan yang batil dan mengapa kamu menyembunyikan yang benar padahal kamu mengetahui?...” (QS 3:71)

Dengan perkataan lain: satu Kitab yang sama (bukan yang palsu) telah mendatangkan perselisihan karena beda penempatan urutan, akal-akalan penyembunyian, putar-putar lidah, dan pemaksaan pengubahan/penafsiran setelah mendengar.

Namun bukan semua orang Yahudi (apalagi Nasrani) yang melakukannya, melainkan hanya sebagiannya. Sehingga secara tekstual, Alkitab tidak pernah terhilang.

Quran sendiri membantah adanya perubahan tekstual dari Alkitab, apalagi sampai terhilang!

“Orang-orang yang telah Kami berikan Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya” (QS 2:121a).

“Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah… dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit…” (QS 3:199 sebagian).

DUA: PEMALSUAN TULISAN

Terjadi peringatan dari Quran bahwa ada orang-orang tertentu yang menulis Alkitab dari tangan mereka sendiri: “Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri lalu dikatakannya, “ini dari Tuhan”, karena mereka hendak memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu”. (QS. Al Baqarah 2:79)

Tudingan ini merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti apa yang sebenarnya dimaksudkan dari ayat-ayat tersebut.

Pertanyaan yang segera timbul adalah kenapa Tuhan memperingatkan hal tersebut, tetapi pada waktu yang sama tidak melarang orang untuk membaca Alkitab yang sudah tertulis dan beredar luas? Kenapa Dia tidak menuding secara spesifik bahwa Alkitab asli telah hilang, dan yang sekarang ada telah terpalsukan? Malahan anehnya, Alkitab tetap disuruh Tuhan untuk diimani oleh pengikut-pengikut Muhammad, dan bahkan Al Baqarah 136 diwahyukan karena Tuhan tidak membeda-bedakan ajaran Alkitab dengan ajaran Quran sendiri.

Kedua kenyataan di atas tentu tidak bisa dianggap sebagai serasi, jikalau kita menerima gagasan tentang pemalsuan sebagai yang dituduhkan oleh pengkritik. Maka tafsiran yang masuk akal adalah kalau kita mengartikan “si penulis Alkitab dengan tangannya sendiri” itu bukanlah diartikan sebagai menulis ayat-ayat substitusi untuk menggantikan Alkitab Kanonik yang akan dihilangkan (karena bagaimanapun tidak ada perubahan bagi kalimat Tuhan, dan bahwa perintah Tuhan pasti berlaku). Melainkan si pemalsu tersebut melakukan penulisan ayat-ayat baru yang justru menghasilkan macam-macam alkitab baru Apokrip (dengan istilah “ini dari Tuhan”) yang memang sesaat membingungkan sejunlah orang-orang Yahudi pada masa-masa itu, termasuk orang-orang Arab.

Alkitab sejati tidak pernah gagal oleh ulah manusia, karena Ia adalah pernyataan dan sabda Tuhan yang kekal. Berapa banyak Alkitab telah dirusak, dianiaya, dan dibakar orang dan negara. Berapa banyak penyebar-penyebarnya telah dibunuh atau dibungkamkan di penjara dan lain-lain. Tetapi Firman Tuhan tidak bisa terbungkam atau dihilangkan seperti dugaan sejumlah pengkritik di atas. Ringkas dan sederhana saja, Bilamana kalimat Tuhan bisa hilang, maka kita bisa mencurigai bahwa itu bukanlah Kalimat Tuhan, melainkan kalimat manusia belaka.

Satu pertanyaan untuk anda jawab dengan segala kejujuran: “Apakah anda mengira bahwa Tuhan yang mahakuasa akan membiarkan orang kafir yang bejat dan najis itu untuk mengubah kalimat/firmanNya yang kudus dan adi kodrati itu? Membiarkan seluruh Taurat dan Injil Tuhan hilang dari muka bumi? Dari manakah timbul gagasan anda bahwa Tuhan bisa menerima pergantian kalimatNya dengan hujatan-hujatan iblis? Bukankah kaliamt-kalimat Tuhan itu tidak tertukarkan oleh siapapun? (QS. 6:34) Dan ingat “(Demikian) ketentuan allah yang telah berlaku sejak dahulu dan engkau tiada akan mendapati perubahan bagi ketentuan Allah” (QS. 48:23).

Apabila pengkritik percaya bahwa Quran Allah telah terpelihara oleh Allah dengan aman dari campur tangan manusia, maka sesungguhnyalah mereka tidak bisa tidak harus sama percaya bahwa Taurat Tuhan dan Injil Tuhan akan sama terpelihara oleh Tuhan dari penajisan tangan-tangan manusia, kecuali kalau Tuhannya berbeda, atau wahyunya salah!

Jadi Alkitab adalah penyataan dan penyaksian karya hukum dan janji Tuhan yang bersifat orisinil. Tidak ada orang Kristen yang berkepentingan untuk menyelewengkan ayat-ayat yang begitu luhur. Tidak ada kebutuhan untuk memalsu atau mengubah. Tidak ada yang berani memalsu atau mengubah. Dan memang tidak ada yang palsu atau sengaja terubah!

Kontradiksi Yang Bukan Kontradiksi: Dua Penyamun Yang Ikut Tersalib

Ini adalah kisah yang paling mengharukan bagi umat manusia. Tentang penyaliban Yesus, bersama dengan 2 orang penyamun. Sayangnya Makna Agung dari penyaliban Yesus tidak dilihat oleh para pengkritik yang justru terperosok dalam utak-atik mereka secara hurufiah atas ayat-ayat pengisahan penyaliban tersebut. Dalam Injil Matius dan Markus, diterangkan bahwa ke dua orang penyamun ini juga ikut mencela Yesus. Padahal Injil Lukas mengatakan hanya satu saja dari penyamun tersebut yang menghujat Yesus, sementara yang satunya lagi menegur yang pertama, katanya:

“Tidakkah engkau takut,… Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini (Yesus) tidak berbuat sesuatu yang salah. Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”. Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”.

Ini ditangkap oleh pengkritik sebagai kontradiksi dari kedua versi Injil. Contoh ini kita tampilkan bukan karena materi tuduhannya memang layak untuk diladeni, melainkan justru hendak kita perlihatkan betapa sering pengkritik tidak memahami sepersis-persisnya apa itu kontradiksi? Mereka mencampur adukan dan menyamaratakannya dengan “tidak ada keserasian keterangan”, “tampak berselisih”, atau bahkan “saling menentang”. Namun sesungguhnya kontradiksi menyangkut hal yang harus sangat persis. Contoh berikut seolah-olah memperlihatkan ada 4 pernyataan yang kacau dan saling “kontradiksi” dalam pengertian kita sehari-hari, namun sesungguhnya keempat-empat pernyataan yang tampak seperti tidak sesuai ternyata adalah benar semuanya!
Begini: Bila anda seorang turis asing di Jakarta dan ingin mencari Hotel Indonesia, lalu anda mulai bertanya kepada beberapa orang secara terpisah-pisah, dimanakah letaknya hotel tersebut. Apa yang terjadi? Si A akan menjawab kepada anda: “Oh, hotel tersebut ada di Jl. Thamrin”, Tetapi si B akan menjawab lain: “Oh, itu sih ada di Jl. Sudirman”, Si C lain lagi jawabannya: “Itu kan di Jl. Imam Bonjol”, dan si D menambah kebingungan untuk anda: “Itu di Jl. Kebon kacang”.

Tentu anda sebagai orang asing akan kecewa dan memandang rendah pada orang-orang Indonesia, khususnya itu si brengsek-brengsek A, B, C, dan D yang telah memberikan keterangan-keterangan yang serba kacau dan “kontradiktif” kepada anda.

Jadi apa yang dimaksud dengan kontradiksi murni haruslah persis 100% bahwa dua statement yang dinyatakan itu betul-betul memenuhi tiga syarat ketat di bawah ini:

Yang satu mengatakan A dan yang lain non A. (Bila yang satu mengatakan , yang lain B, maka kita belum dapat menyimpulkan ssuatu kontradiksi apapun. Sebab bila yang satu mengatakan A, yang lain B yang ternyata ­bukan non A, maka pastilah itu tidak ada sangkut pautnya dengan kontradiksi!
Kejadiannya pada tempat yang sama.
Kejadiannya pada waktu yang sama.

Jadi jikalau ada 2 Hotel Indonesia di Jakarta dan pernyataan yang diberikan ternyata berbeda, maka keduanya bisa sama-sama benar (point 2 tidak dipenuhi) . Atau jikalau waktu yang anda tanyakan itu berbeda 2 tahun, maka jawaban bisa berbeda karena hotelnya pindah tempat selang kurun waktu tersebut (point 3 tidak terpenuhi). Atau kalau anda untuk satu waktu dan tempat mendapatkan 2 jawaban yang berbeda untuk kasus yang sama tadi, maka masih mungkin kedua jawaban tersebut sama-sama betul (point 1 tidak terpenuhi). Ia hanya kontradiksi bila si X mengatakan Jl. Thamrin, sedang si Y mengatakan bukan Jl. Thamrin untuk lokasi dan waktu yang sama tadi.

Banyak kisah-kisah Alkitab dengan model begini yang segera dicap oleh pengkritik sebagai kontradiksi. Padahal dengan sedikit kejelian dan pemahaman dengan hati tak berprasangka, maka ayat-ayat yang dianggap paling berkontradiksi malahan akan menemukan keserasian yang indah.

Bila anda membaca ketiga Injil di atas dengan teliti, anda akan mengetahui bahwa kedua penyamun tersebut tergantung di tiang salib bersama-sama dengan Yesus selama kurang lebih 6 jam. Sebagai orang Yahudi, kedua penyamun tersebut paling tidak mempunyai pengenalan tentang Tuhan dan Mesias dalam Perjanjian Lama. Sangat mungkin bahwa mujizat dan kuasa Yesuspun tidak luput dari pendengaran mereka. Maka olok-olokan dari imam-imam dan ahli taurat, dan penyaksi-penyaksi lain di situ memang kedengaran masuk di akal mereka bahwa Yesus yang begitu berkuasa dan bermujizat, kok kali ini kalah K.O dan tidak menampilkan usaha penyelamatan diriNya sama sekali. Terdorong oleh egoisme dan sifat kemanusiaan mereka sebagai penyamun maka kedua-duanyapun turut-turut mencela atau menyesalkan kenapa Yesus kali ini menjadi bego? Tidak berbuat sesuatu yang perlu pada saat-saat yang paling kritis? Dan pencelaan kedua orang tersebut dicatat dengan benarnya oleh Matius dan Markus.

Ketika waktu terus berjalan, dari satu jam ke jam berikutnya, dikala saat ajal penyamun-penyamun makin dekat, ia yang masih berhati nurani akan mulai menginsafi beda kebenaran dengan kejahatan. Roh Tuhan bekerja bagi setiap orang yang mau membuka dirinya bagi kebenaranNya. Dan mini yang terjadi pada penyamun yang bertobat di saat-saat krisisnya. Ia menyadari bahwa ia dan temannya memang penyamun yang berdosa, namun tidak demikian halnya dengan diri Yesus yang di sebelahnya. Ia tersentuh mendengar kebesaran jiwa Yesus yang telah berseru kepada BapaNya yang di surga untuk mengampuni orang-orang yang telah menyalibkan diriNya. “Dosa mereka diampuni? Bagaimana dengan dosaku?” itulah dialog diri si penyamun, yang tidak ada harapan apapun lagi dalam sekaratnya di palang salib ini, kecuali kini diselamatkan jiwanya oleh Yesus yang terasa sekali bukanlah manusia biasa. Orang-orang di bawah salib terus mengejek Yesus sebagai Mesias dan Raja gadungan; “… Baiklah Mesias Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya” (Markus 15:32). Namun lewat waktu, ia makin merasakan ketidak pantasan olok-olokan tersebut. Hatinya bahkan menjadi ciut ketika menyaksikan bahwa mataharipun berkabung dan tidak bersinar seterusnya (selama 3 jam hingga Yesus meninggal).

Lewat proses hati yang diterangi Roh Tuhan, maka sang penyamunpun diam-diam berubah menjadi orang yang percaya bahwa benarlah Yesus itu Mesias Sang Raja.

Ternyata ia memohon kepada orang yang paling tepat. Dan Yesus memberikan suatu harta cuma-cuma yang tidak ternilai bagi penyamun yang bertobat ini. Kontan ia diselamatkan bukan karena melakukan rukun-rukun agama, bukan karena saleh dan amal pahala. Yesus memberi berkatNya yang ilahi melebihi apa yang diminta, karena Ia mencintai orang yang percaya dan bertobat kepadaNya:

“aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”

Yang diminta si penyamun adalah NANTI (kalau nanti Yesus datang sebagai Raja), yang dianugerahkan Yesus adalah KINI. Yang diminta adalah INGATLAH AKU, yang dianugerahkan Yesus adalah AKU BERSAMA-SAMA BESERTAMU, selalu dan menyatu. Begitu mengharukan kasih Yesus melebihi apa yang kita butuhkan!

Jadi secara ilmiah, tidak ada unsure kontradiksi yang bisa ditarik dari kasus ini. Lukas menceritakan kisah komplementer yang tidak dikisahkan lagi oleh Matius dan Markus lewat waktu yang berbeda. Dengan demikian ketiga Injil tersebut telah memberikan kita gambaran yang baik sekaligus memperagakan bahwa Yesus sekalipun benci pada dosa, namun tetap mengasihi pendosa-pendosa.

Yesus disalib karena dianggap berani-beraninya menghujat Tuhan, yaitu berani mengampuni dosa manusia, padahal pengampunan ini dianggap hanya ada dalam kuasa Tuhan, bukan pada orang Nazaret yang bernama Yesus. Namun pada waktu-waktu terakhirNya di salib, Dia membuktikan sekali lagi bahwa Ia adalah sosok yang memang bisa mengampuni dosa untuk melayakkan manusia masuk ke surga.

Siapa diantara kita yang begitu keranjingan mencari “kutu busuk-kutu busuk kontradiksi” sehingga kehilangan hikmat Tuhan untuk mendapatkan keselamatan ilahi? Kenapa diri yang najis dan pendosa seperti kita ini harus terus meniru penyamun yang mengolok-ngolok Yesus, dan tidak terpikir untuk berbalik menjadi penyamun yang satu lagi, yang dengan segala kerendahan dan kehancuran hatinya menghampiri Yesus untuk menyesali dosa-dosa dan keangkuhan kita, dan berkata yang sama: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang kelak sebagai Raja di hari kiamat”. Inilah peluang yang paling berharga yang pernah ditawarkan dalam hidup kita.

Tanda Nabi Yunus Ternyata Salah Sasaran

Dalam usaha untuk memelesetkan nubuat Yesus tentang diriNya agar bisa diragu-ragukan tentang ketepatan nubuatanNya (atau agar nubuat tersebut bisa dicocok-cocokkan kepada nabi lain yang datang kemudian), maka ditampilkanlah oleh pengkritik tentang ayat yang diucapkan Yesus tentang tanda (mujizat) nabi Yunus seperti tertulis dalam Matius 12:39, 40.

“Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahimbumi tiga hari tiga malam”.

Kalimat ini jelas-jelas diucapkan Yesus untuk menubuatkan diriNya sendiri yang akan menghadapi kematian tetapi lalu bangkit hidup kembali setelah 3 hari.

Namun ternyata Yesus hanya dikuburkan sejak Jumat petang hingga Minggu pagi-pagi yang berarti cuma 2 malam dan 2 hari kurang, sehingga kembali hal ini dipersoalkan para pengkritik sebagai suatu kontradiksi berat. Prof. Bakry malahan sempat merujukkan “tanda nabi Yunus” ini bukan ditujukan kepada Yesus, melainkan kepada Muhammad di gua Tsur (IQMB, halaman 163). Ini adalah contoh bagus tentang suatu serangan berdasarkan tafsiran pribadi yang paling tidak bisa dibela!

Dr. Bucaille sendiri menyerang “kontradiksi” di atas dengan menuntut agar ahli-ahli Kristen harus mengakui kesalahan ini sebagai ulah manusia yang mengarang-ngarang Injil:

“Barangkali hanya dalam Injul Matius kita dapatkan kekeliruan-kekeliruan yang sangat mencolok dan tidak dapat dipertahankan lagi, yaitu … Matius 12:38-40 dongengan tentang alamat (tanda) Yunus … Biasanya para ahli tafsir Injil menutup mulut terhadap hikayat ini”. (BQS halaman 78, 79).

Dr. Bucaille mengutip R.P Roquet yang mengatakan bahwa tenggang waktu meninggalnya Yesus sesungguhnya hanyalah 1 hari penuh dan 2 malam, tetapi kalimat-kalimat tersebut diringkas oleh orang-orang Kristen sehingga mempunyai satu arti saja, yaitu 3 hari. Dr. Bucaille bersinis bahwa hal ini menyedihkan karena masalah ini dibawa berputar-putar dalam argumentasi-argumentasi kosong oleh para ahli Kristen, padahal apa yang harus dilakukan oleh para ahli tersebut adalah mengakui bahwa ketidakserasian tersebut disebabkan oleh kekeliruan yang membuat naskah…
Alangkah garangnya tuntutan Dr. Bucaille yang satu ini!

Sanggahan Balik

Dr. Bucaille mempertentangkan Injil dengan sains matematika tentang soal waktu bukan? Kalau Dr. Bucaille betul-betul jujur, ia seharusnya sama menyesali dan mengakui terus terang ketidakserasian perhitungan waktu yang dijumpainya pada QS Fushhilat 41:9-12 yang berbunyi:
Katakanlah, “Sesungguhnya apakah kamu (patut) mengingkari yang menciptakan bumi dalam dua masa, dan kamu menjadikan sekutu-sekutu bagiNya?” Itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menjadikan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya, Dia berkati dan Dia tentukan padanya makanan (sumber-sumber kehidupan) dalam empat masa, (jawaban) yang sama bagi orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju (pada penciptaan) langit dan langit itu berupa asap, lalu Dia berkata kepada langit dan bumi, “Datanglah kamu berdua dengan patuh atau terpaksa”. Keduanya berkata, “Kami datang dengan patuh”. Maka Dia jadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya (masing-masing). Dan Kami hiasi langit dunia dengan bintang-bintang serta pemeliharaannya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Di sini segera anda mendapatkan kenyataan bahwa Allah memerlukan total 8 masa untuk menciptakan langit dan bumi yaitu 2 masa untuk penciptaan bumi, 4 masa untuk distribusi makanan bagi penghuni bumi, dan 2 masa untuk penciptaan langit. Tetapi jikalau ini benar 8 masa, maka bertentanganlah ia dengan Surat-surat lainnya dalam Quran yang mencantumkan 6 masa (Surat Al A’raaf 7:54).

Menghadapi kesulitan ini maka Dr. Bucaille rupa-rupanya lupa (atau sengaja menyembunyikan?) menerapkan dalil-dalil ilmu pasti secara kencang seperti yang pernah diterapkannya pada perhitungan 3 hari 3 malam untuk kasus Yesus, menjadi 1 hari-2 malam.

Ia sekarang berdalih bahwa kata Arab “tsumma” di ayat 11 itu bisa berarti dua. Yang satu memang berarti “kemudian daripada itu’ (yang mengandung urutan waktu), tetapi juga bisa berarti disamping itu (selain daripada itu), yang mana tidak usah berurutan waktu! Sehingga kalau arti kata terakhir ini yang dipakai, maka masa penciptaan langit dapat terjadi bersamaan waktunya dengan 2 masa penciptaan bumi sehingga total masa yang tadinya berumus matematika lurus: 2+4+2 masa = 8 masa, kini harus memakai rumusan sedikit bengkok dari Dr. Bucaille: 2+4+(2=0) masa = 6 masa. KLOP! Tidak ada kontradiksi! Kecuali terasa tafsirannya agak akrobatis, sehingga tidak heran bahwa Dr. Bucaille makin sulit membela akibat dari penafsirannya sendiri! Orang-orang tetap akan bertanya kenapa susunan penciptaan keduanya dipisahkan eventnya, jikalau keduanya justru dalam event yang sama?! Dan bukankah kalau eventnya dipisahkan maka “tsuma” pertama (“kemudian daripada itu”) akan lebih klop artinya ketimbang “tsuma kedua” (“disamping itu”).

Disini Dr. Bucaille memilih tutup mulut dan tidak menyodorkan pembelaan sains-nya. Padahal menurut sains, bahwa teori modern dari pembentukan jagad raya tidaklah menempatkan keberadaan langit setelah keberadaan bumi! Jadi bagaimana mungkin Dr. Bucaille memperlakukan suatu standar ganda – mengharuskan para ahli Kristen saja untuk terus terang mengakui kekeliruan dalam membuat naskah Alkitab! Dan tidak mengharuskan dirinya untuk lebih tahu diri!

Kita kembali kepada ayat Alkitab yang dipermasalahkan. Seperti diketahui Dr. Bucaille biasanya merasa sangat ahli akan pengertian asli dari suatu kata-kalimat yang terambil dari Alkitab. Sayangnya kali ini beliau tidak berusaha untuk menggali pengertian-pengertian asli atau idiom-idiom bahasa manapun kecuali berpegang murni pada bahasa matematika. Tetapi apakah karena kita-kita ini sudah mengetahui bahwa sehari semalam itu 24 jam lalu sekarang Dr. Bucaille mengharapkan orang-orang zaman dulu mengikuti pengertian kita? Tentulah ini usaha untuk berilmiah yang tidak ilmiah.

Perkataan Yesus seperti yang dikutip di atas justru menunjukkan bagaimana gaya Yesus bertutur secara khas dengan menggunakan idiomatik orang Yahudi dimana istilah “sehari semalam” memang dimaksudkan sebagai “satu hari”. Apa ada buktinya? Kita persilahkan membuka 1 Samuel 30:12,13 sebagai berikut:
“… dan setelah dimakannya, ia (seorang budak Mesir) segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam. Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: “Budak, siapakah engkau dan darimanakah engkau?” Jawabnya: “Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit”.
Lihat juga Kejadian 7 ayat 12 dibandingkan dengan ayat 17 dalam kasus air bah di zaman nabi Nuh. Ayat 12 mengatakan:
“Dan turunlah hujan lebat meliputi empat puluh hari empat puluh malam lamanya”. Sementara ayat 17 mengatakan: “Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi”.

Masih membaca di Kejadian 42:17,18
“Dan dimasukkannyalah mereka bersama-sama ke dalam tahanan ­tiga hari lamanya. Pada hari yang ketiga berkatalah Yusuf …”
Dalam Injil Matius saja tercatat:
“… lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Matius 16:21)
“… dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (Matius 17:21)
“… Anak Manusia akan tinggal dalam rahim bumi 3 hari 3 malam” (Matius 12:40)
“… dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (Matius 20:19)
“… Aku dapat merubuhkan Bait Tuhan dan membangunnya kembali dalam 3 hari” (Matius 26:61)
“… Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga” (Matius 27:63,64)

McDowell mengemukakan bahwa baik di dalam Babylonian Talmud (tafsir-tafsir Yahudi) maupun di dalam Jerusalem Talmud, keduanya jelas mengatakan bahwa “Kami mempunyai pengajaran bahwa sehari dan semalam adalah satu onah, dan sebagain onah adalah seluruhnya” (satu onah adalah satu unit waktu- Lihat A Ready Defense, Yosh McDowell, halaman 132).
Jadi bilamana 8 masa pada Quran bisa dipantas-pantaskan Dr. Bucaille menjadi 6 masa dengan menanggalkan rumusan matematikanya, maka sepantasnya ia lebih dapat lagi berpantas memberi kelonggaran bahwa pengertian dn idiomatik Yahudi untuk “3 hari 3 malam” itu adalah sama dengan “hari yang ketiga”!

Akhirnya bagaimana dengan versi sinyalemen Prof. Bakry bahwa “Tanda nabi Yunus” ini dipastikan mengacu kepada Muhammad yang bersembunyi di Gua Tsur 3 hari 3 malam? Disini, jawabab kita sederhana saja.
Bacalah denagn seksama tanpa curiga, Matius 12:38-42 dan anda akan menyimpulkannya sendiri. Karena para Ahli Taurat dan Farisi sendiri meminta kepada Yesus sendiri untuk memberi tanda dari Dia sendiri, bukan orang lain (seperti Muhammad, dll): “Guru, kami ingin melihat suatu tanda daripadaMu”. Karena setting permintaannya khusus terlokalisasi untuk orang, tempat, dan waktu tertentu, antara para Ahli Taurat yang hidup se-zaman dengan Yesus (yang dijuluki Yesus sebagai “angkatan yang jahat”), maka tentu saja tanda tersebut adalah Tanda Yesus, Tanda Anak Manusia (seperti yang selalu dinamai diriNya bergantian dengan Anak Tuhan), untuk angkatan yang jahat di Israel, pada waktu itu.

Lucu kalau tanda dan fakta itu kini tiba-tiba hendak diartikan oleh pengkritik menjadi tanda dan fakta milik orang lain dan ditransfer ke negara lain pada kurun waktu yang lain dengan hanya mengandalkan selera pribadi, padahal Muhammad sendiri tidak mengklaim peristiwa Yunus ini untuk dirinya!.

Kontradiksi Tentang Silsilah Yesus

Terdapat serangan gencar demikian:

Matius 1 dan Lukas 3 memuat silsilah Yesus yang jelas-jelas bertentangan satu sama lainnya. Sebab kalau kedua silsilah itu diperhadapkan, maka Yusuf menjadi anak dari 2 ayah yang berbeda yang satu menjadi menjadi anak Yakub, yang lain menjadi anak Eli.

Para pengkritik bersinis: “Kalau silsilah Yesus saja sampai fiktif, maka jangan heran kalau Alkitabnya adalah fiktif melulu”. Prof. Bakry mengatakan bahwa “penyampaian-penyampaian berita Injil adalah tidak adil, pelupa atau pendusta (IQMB halaman 29).

Dr. Bucaille juga menyerang “kontradiksi” silsilah Yesus ini secara besar-besaran dengan mengambil tempat lebih dari 11 halaman! Lebih garang lagi adalah tuduhan Ahmad Deedat dalam bukunya, Is the Bible God’s Word? halaman 54, yang menghujat perbedaan antara kedua silsilah tersebut sebagai bukti kedua penulisnya adalah pembohong terkutuk. Kita ingin mengingatkan tuan Deedat agar sedikit lebih sensitif untuk tidak terbiasa melampiaskan kutukan, bilamana dirinya dan penyalin-penyalin juga tidak mau dikutuk oleh orang-orang lain sebagai “pembohong terkutuk”. Untunglah orang-orang Kristen tidak dalam posisi mengutuki orang-orang, karena itulah bagian keindahan dari ajaran Kristen dimana Yesus berkata: “Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (Lukas 6:28).

Baiklah kita memberi jawaban yang benar dan sederhana bahwa tidak usah main kutuk-kutukan, namun setiap orang yang jujur tidak akan menemukan kontradiksi apapun dari kedua jenis silsilah tersebut. Bukankah setiap orang pada dasarnya mempunyai 2 silsilah? Yang satu dari garis keturunan bapanya, yang lain dari ibunya? Demikian juga dengan Yesus!

Para ahli mengemukakan bahwa Yusuf (suami Maria) sesungguhnya anak Yakub tetapi adalah pula menantu Eli (ayah Maria). Lukas seorang dokter Yunani yang sistematis, (mendapat julukan sebagai ahli sejarah kelas satu oleh arkeolog terbesar Sir William Ramsay) telah menyelidiki silsilah ini dengan seksama berdasarkan banyak nara sumber. Itulah sebabnya Lukas tidak mencantumkan garis keturunan dari atas ke bawah, sehingga ia tidak menggunakan kata “memperanakkan” seperti yang dipakai oleh Matius, melainkan diurutkan silsilahnya dari bawah ke atas dan menggunakan istilah “menurut anggapan orang” bahwa Yesus adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, … dst … anak Daud …”

Jadi kita lihat di sini bagaimana tepatnya istilah yang dipakai Lukas karena Yesus sesungguhnya adalah anak Maria (bukan anak Yusuf), namun oleh anggapan orang/tradisi Yahudi, Ia adalah anak Yusuf. Begitu pula Yusuf sesungguhnya bukan anak Eli, namun oleh anggapan orang, ia tetap disebut anak Eli karena ia anak menantunya Eli.

Jadi Eli tidak dikatakannya memperanakan Yusuf, melainkan “Yusuf anak Eli”. Yang dalam kebiasaan orang Yahudi sampai sekarangpun memang disebut anak (lihat misalnya Raja Saul menyebut Daud sebagai anaknya walau ia hanyalah menantu. 1 Samuel 24:17).

Lukas sengaja memilih silsilah Maria karena sebagai orang Yunani ia tidak usah mengikatkan diri dengan tradisi Yahudi untuk menggariskan Yesus dalam keturunan Yusuf kalau memang Yesus bukan diperanakkan Yusuf. Dalam Quran Ia adalah Ibnu Maryam, walau menurut tradisi orang Yahudi nama suaminya harus muncul dan ini yang sulit bisa dielakkan oleh Matius sebagai orang Yahudi.

Lukas yang masih boleh digolongkan satu angkatan dengan Yesus (walau sedikit yunior) tentu tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan nama otentik dari kakek atau kakek mertuanya Yesus, baik dari Maria dan Yusuf yang mungkin sekali masih hidup pada waktu itu. Alkitab menunjukkan bahwa Lukas (sebagai penulis Kisah Para Rasul) bersama dengan Paulus pernah mengunjungi Yakobus, murid Yesus dan sekaligus sokoguru “Jemaat Yerusalem” (Kisah Para Rasul 21:18). Dengan demikian tentulah Lukas mempunyai segala akses informasi dari saksi-saksi langsung, yaitu saudara dan murid-murid Yesus dan keluarga Maria. Dan mengingat bahwa Injil Lukas sudah selesai dihimpun pada awal tahun 60 M, maka tentulah silsilah dari keluarga Maria akan tercatat dengan amat otentik!

Maka sejarah membuktikan bahwa silsilah yang diberikan Lukas ternyata benar, karena tidak pernah ada laporan protes atau tantangan dari kalangan orang-orang Yahudi yang begitu berkepentingan dan terkenal kehati-hatian mereka terhadap silsilah seorang Mesias yang harus datang dari keturunan Daud, sampai datang segelintir orang model Dr. Bucaille mencoba menjadikan dirinya sebagai hakim pengesahan silsilah.

Injil Matius menggariskan silsilah kerajaan dari Daud ke Salomo hingga raja terakhir Yekhonya, dan yang diteruskan kepada Yusuf, namun karena kutukan Tuhan terhadap Yekhonya (Yeremia 22:29, 30) maka Yusuf sesungguhnya tidaklah berhak menuntut hak tahta Daud dalam pewarisannya. Namun Lukas memperlihatkan garis silsilah biologis untuk Yesus dari Daud ke Natan hingga ke Eli, ayah Maria, dimana Yusuf diperbolehkan menjadi suami Maria, sehingga lewat Maria-lah (dan bukan lewat Yusuf) maka Yesus dibenarkan oleh Taurat Israel untuk menerima warisan (termasuk janji-janji Tuhan) dalam keturunan Daud untuk menduduki hak ketahtaannya seperti yang dijanjikan Tuhan kepada keturunan Isak. Lukas secara tepat menunjukkan bahwa melalui ibunya (Maria) maka garis keturunan keluarga Daud tercapai secara legal tanpa cacat.

Jadi alih-alih tuduhan dari pengkritik bahwa silsilah ini adalah kontradiksi dari pendusta, maka sekarang justru kita dapat mempertemukan kedua “dusta” ini dalam harmoni yang memuaskan. Dengan demikian jelaslah bahwa Mesias yang dijanjikan Tuhan ribuan tahun sebelumnya untuk menyelamatkan dunia, bermuara pada sosok Yesus dimana malaikat Gabriel menubuatkan kepada Maria:

“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Yahweh akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud, bapak leluhurnya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaanNya tidak akan berkesudahan” (Lukas 1:32,33).

Perhatikan bahwa Gabriel sendiri turut menegaskan bahwa anak kandungan Maria itu adalah anak leluhur dari Daud. Tentunya Gabriel tidak mungkin membuat silsilah “palsu” dengan memasukkan Yesus dalam garis keturunan Daud. SilsilahNya terlalu penting untuk orang yang sepenting Yesus agar manusia bisa membedakan mana sang Mesias menurut nubuatan Ilahi (yaitu keturunan Daud) dan mana mesias-mesiasan yang tidak “bersilsilahkan kenabian”, bahkan tidak dikenal para nabi.

Dengan silsilah ini, ditambah dengan nubuatan para nabi, serta berita malaikat Tuhan yang kesemuanya begitu faktuil, maka tidak ada nabi lain yang mempunyai peluang kedua untuk mengklaim dirinya sebagai Sang Mesias.
Dan untuk melengkapi seluruh kebenaran “silsilah” ini, Yesus sendiri dengan gaya yang khusus menambahkan bahwa sekalipun Mesias disebut orang sebagai Anak Daud, namun Dia adalah pula Tuan-nya Daud, alias Tuhan:
“Jadi jika Daud menyebut Dia (Mesias) Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” (Matius 2:45).

Wednesday, May 13, 2009

Parakletos Bukanlah Nubuat Kedatangan Roh Kudus

Sekarang kita berbicara tentang suatu topik yang sangat diyakini oleh Dr. Bucaille bahwa ayat-ayat Injil yang benar telah diselewengkan oleh tangan-tangan manusia Kristen. Ia memilih sasarannya terambil dari Kitab Yohanes pasal 14-16 dimana tercantum kata-kata bahwa sang “Parakletos” akan datang menggantikan Yesus di dunia ini (BQS hal 118-124). Orang Kristen tahu bahwa Parakletos itulah Roh Kudus yang dijanjikan. Namun Dr. Bucaille berusaha secara “ilmiah” untuk menbuktikan bahwa Parakletos ini bukan Roh melainkan manusia, dan itulah nubuat Alkitab yang “cocok” diperuntukkan bagi Muhammad. Ia memperingati para pembaca untuk berhati-hati menghadapi penulis-penulis Kristen yang sering bermain dengan bahasa yang bersifat apologetic (berdebat dengan berakrobat kata-kata) namun ternyata nanti menjadi bumerang balik untuk diri yang mengkritik.

Percakapan dan penghiburan Yesus kepada murid-muridNya saat-saat menjelang Ia ditangkap diistilahkan oleh Dr. Bucaille dengan “pidato”, pidato yang amat panjang, lalu segera ia mempertanyakan:
1. Mengapa riwayat perpisahan yang mengharukan dan mengandung soal-soal pokok dan perspektif hari depan yang begitu penting itu, kok hanya terdapat pada Injil Yahya dan tidak pada ke-3 Injil lainnya.
2. Apakah teks tersebut tadinya ada pada ke-3 Injil lainnya itu, tetapi kemudian sengaja dihilangkan?
3. Mengapa dihilangkan?
4. Tak bakalan ada jwaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Rahasia tetap tersembunyi mengenai kekurangan yang sangat besar ini.
Mohon diperhatikan bagaimana alunan ketiga pertanyaan terakhir di atas. Belum dipastikan apa-apa tentang jawaban terhadap pertanyaan no.2, segera pertanyaan no.3 disodorkan secara menyiasati sehingga menempatkan pertanyaan di atasnya seolah-olah menjadi benar: “Benarlah teks tersebut hilang, tetapi mengapa dihilangkan?” Lalu disimpulkan dengan pernyataan terakhir bahwa “O, memang hilang, tapi kita tidak bakal tahu kenapa. Itulah rahasia dapur mengenai kekurangan yang sangat fatal dari Injil ini”. Itulah siasat pengalunan bahasa yang menggiring mental para pembaca untuk masuk dalam arahannya.
Sekarang kembali pada pertanyaan Dr. Bucaille yang pertama, yang diajukan dengn cara sangat tendensius:
“Bagaimana kita dapat menerangkan mengapa riwayat perpisahan (antara Yesus dan murid-muridNya) yang mengharukan dan yang mengandung pesan-pesan spiritualnya Yesus tidak terdapat dalam Injil Matius, Markus dan Lukas? (melainkan hanya dilaporkan dalam Injil Yohanes saja – Lihat BQS hal. 119)
Ini tentu sangat mencurigakan Dr. Bucaille. Kelihatannya beliau berasumsi bahwa Tuhan yang Mahatahu dan Mahakuasa tidak akan membiarkan peristiwa sepenting begini dilapor oleh hanya satu orang penulis!”
Kalau begitu, izinkan kita untuk bertanya balik kepadanya mengenai konsekuensi dari kecurigaan model begini.
a) “Apakah Dr. Bucaille memustahilkan Tuhan untuk hanya memakai satu pelapor untuk melaporkan suatu peristiwa penting?”
Kalau begitu bagaimana beliau harus menerangkan bahwa Quran juga “dilaporkan” oleh satu orang, yaitu Muhammad sendiri?

b) “Apakah Dr. Bucaille ingin menegaskan bahwa kalau suatu kasus penting sampai dilaporkan oleh banyak penulis Alkitab, maka kasus tersebut menjadi sah dan benar?”
Kalau begitu Dr. Bucaille harus menganggap sah dan benar bahwa Yesus itu meninggal, bangkit dari kematian, dan menyelamatkan manusia. Bukankah hal-hal tersebut dicantumkan oleh banyak penulis Alkitab?

c) “Apakah kecurigaan Dr. Bucaille terhadap Injil akan diperlakukan sama fair terhadap Quran yaitu akan mencurigai setiap kasus penting yang hanya disebut satu kali (atau satu Surat saja) dalam Kitab Allah, dan menganggapnya tidak cukup sah?”
Kalau begitu dr. Bucaille harus menolak banyak perkara yang disebut oleh Quran hanya dalam satu Surat atau bahkan satu kali. Misalnya:

§ Berapa Suratkah dalam Quran yang mengatakan bahwa Isa tidak benar-benar mati? Hanya satu bukan? Surat An Nisa 4:157-158! Surat-surat lain justru mengatakan Isa mati dengan pelbagai istilah seperti “akhir ajal”, “hari meninggal”, “wafat”. Mengapa dr. Bucaille tidak mempersoalkan dan mencurigai masalah ini?
§ Berapa kalikah Quran mencantumkan nubuat dari mulut Isa sendiri bahwa akan datang sesudah Dia, seseorang rasul bernama Ahmad? Hanya satu kali! Berapa kalikah nama “Ahmad” muncul di quran? Hanya 1X!

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putera Maryam berkata “Hai Bani Israil, sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumKu, yaitu Taurat dan pemberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”…(Ash Shaff 61:6a)
Kalau hanya satu kali dari mulut Isa, kenapa dr. Bucaille tidak mencurigai tentang kebenaran nubuat yang begitu penting ini? Malah mati-matian nubuat ini otomatis dianggapnya amat sangat benar, walau “Rasul Ahmad” samasekali tidak terjejak di Alkitab?
§ Berapa kali peperangan Badar disebutkan di Quran dengan mencantumkan nama tersebut?
Apakah disebutkan juga di luar Al Imran ayat 123? Apa itu bukan perang yang penting dalam sejarah Islam sekalipun namanya tercantum hanya satu kali? Bagaimana Dr. Bucaille menghadapi kenyataan-kenyataan ini?

d) Apakah Dr. Bucaille juga beranggapan bahwa nama atau peristiwa-peristiwa yang lebih banyak disebutkan dalam suatu Kitab Suci akan otomatis berarti bahwa nama/peristiwa tersebut lebih penting ketimbang yang lainnya?
Kalau begitu, silahkan cek sendiri di seluruh Quran berapa kali disebutkan nama Muhammad secara eksplisit, dibandingkan dengan nama Isa dan/atau Al-Masih, bahkan bila dibandingkan dengan nama Maryam? Juga berapakah ayat-ayat Quran yang secara khusus memberikan nama dan sebutan bagi Muhammad dibandingkan dengan 22 jenis nama dan sebutan bagi sosok Isa, seperti Isa, Putera Maryam, Al-Masih, Rasul, Tanda, nabi, Hamba*), Kalimat, Roh, Anak laki-laki yang suci, Terkemuka, Rahmat, Salah satu di antara yang di dekatkan, dll.

*) Pengertian “Hamba” dalam Quran berbeda dengan Alkitab. Yesus tidak pernah menamakan diriNya sebagai “Hamba Tuhan” dalam pengertian budak yang takluk kepada kekuasaan mutlak dari Pencipta, melainkan Ia sengaja melepaskan kesetaraan IlahiNya dengan turun ke dunia untuk menjadi “Hamba Tuhan” dan “Hamba semua manusia” (Filipi 2:7 dan Markus 10:44-45) Jadi dasar dari perhambaan Yesus adalah kerendahan hati dan kasih untuk melayani dalam hubungan “Bapak-Anak” bukan hubungan “TUAN-BUDAK”


Ingat bahwa Yesus pada zamanNya memandang rendah para ahli kitab yang pintar menuduh dan mengecam, menjebak dan memergok secara apriori, yang mencurigai setiap kata dan perilaku Yesus kalau-kalau bisa ditemukan “kepalsuan” dan “kesalahan”. Walau sudah disinyalir oleh Yesus, namun rupa-rupanya para “Ahli Taurat Modern” selalu kembali melakukan usaha-usaha yang sama seperti “Ahli Taurat Purba” 2000 tahun sebelumnya!

Parakletos itu manusia, bukan Roh Tuhan
Selanjutnya Dr. Bucaille menulis: “Kita mendapat kesimpulan menurut logika, bahwa Parakletos yang disebutkan oleh Yahya itu adalah seorang manusia seperti Yesus, yang dianugerahi anggota (tubuh) untuk mendengar dan berbicara seperti yang diakui dalam teks Yunani secara formal *)
*) BQS, hal 122, maksud Dr. Bucaille mati-matian ingin membuktikan bahwa Parakletos itu adalah manusia, bukan Roh, sehingga bias dicocokkan bagi Muhammad sebagai nabi yang akan datang kemudian, menggantikan Yesus.


Perhatikan gaya kata-kata yang sangat piawai dari Dr. Bucaille : “diakui dalam teks teks Yunani secara formal”. Padahal tidak ada yang mengakuinya kecuali ia saja yang memaksakan diri untuk mengosongkan Parakletos dengan membuang kata “Roh” yang dilekatkan pada Parakletos itu sendiri, seperti yang akan diperlihatkan di bawah ini.

Dr. Bucaille memilih mengutip 8 ayat, tetapi diringkas dari Injil Yohanes pasal 14, 15, 16 dengan jaminannya sendiri bahwa sekalipun ayat-ayat telah diringkas, namun hal ini TIDAKLAH akan merubah arti umum dari kutipan-kutipan tersebut. Tetapi apa yang terjadi? Dr. William Campbell memergoki dan sekaligus menelanjangi “jaminan intelektuil” yang diberikan dr. Bucaille kepada para pembacanya! Ternyata ayat-ayat dengan kata-kata tertentu telah dengan sengaja dipangkas sedemikian rupa demi menghindari dirinya dari kesulitan-kesulitan dalam pembuktian!!

Mari kita cermati bagaimana cara Dr. bucaille memangkas kata-kata Injil Yohanes dengan jaminan tidak akan merubah arti umum keseluruhannya. Kita cukup mengekspos beberapa ayat saja.*)
*) William Campbell, The Quran and The Bible, in the light of history & science (TQTB), Middle East Resources, 1986, halaman 245, 246. Kutipan mana mendapat izin dari pengarang dan penerbitnya.
Sayang penterjemah BQS tidak memakai terjemahan Alkitab resmi, melainkan terjemahan pribadi. Padahal Dr. Bucaille sedang mempersoalkan presisi kata-kata, ayat, bahkan asal kata, teks formal, dll, dimana terjemahan tidak boleh sekenanya saja.



Ayat yang diringkas oleh Dr. Bucaille kita tandai dengan (B), sementara ayat asli (yang seharusnya disajikan utuh) dari Alkitab kita tandai dengan (A).

Injil Yohanes pasal 14 & 15
(B). “Jika kamu cinta kepadaKu, ikutilah perintah-perintahKu, Aku akan mohon kepada Bapa: Ia akan memberi kamu seorang Paraklet lain” (14:15-16).
(A).“Jilakau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meningggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu”. (14:15-18)

(B). “Ia akan menyampaikan sendiri kesaksiannya daripadaKu” (15:26)

(A). “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku” (15:26,27).

Jadi para pembaca segera melihat apa yang telah disembunyikan, yaitu antara lain yang kami tuliskan dengan huruf tebal di bawah ini:
a) Ia (Parakletos) menyertai kamu (Petrus, Yohanes, Yakobus dan lain-lain) selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.
Disini kita bertanya: Nabi Manusia mana yang akan dan bisa menyertai Petrus dan kawan-kawan sampai selama-lamanya?
Nabi manusia mana yang adalah Roh Kebenaran?

b) Dunia tidak melihat Dia (Parakletos)…tetapi kamu mengenal Dia. Kita bertanya lagi: Nabi manusia mana yang dunia tidak melihatNya kecuali hanya Petrus dan kawan-kawan seiman?

c) Ia (Parakletos) menyertai kamu… diam di dalam kamu.

Kita bertanya: “Nabi manusia mana yang bakalan bersama-sama menyertai Petrus dan kawan-kawan dan dian di dalam mereka?

d) (Walau Yesus menemui bapaNya di Surga) Yesus tidak akan meninggalkan murid-muridNya sebagai yatim piatu. Kita bertanya: Nabi manusia mana yang mendampingi sisa hidup mereka, menguatkan roh mereka hingga mati sahid mereka?

e) Penghibur (Parakletos) yang akan Ku (Yesus) utus dari Bapa (Tuhan), yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa. Kita bertanya: Nabi manusia mana yang berani klaim dirinya sebagai Roh Kebenaran? (Sebab klaim demikian pastilah suatu penghujatan bagi Tuhan yang satu-satunya Mahabenar) Nabi manusia mana yang Yesus utus itu keluar dari Bapa? Kembali lagi hujatan, bila ada manusia yang berani mengklaim dirinya sebagai “Zat yang keluar dari Bapa”.

Jadi, walau Dr. Bucaille cukup berani (nekad?) memotong-motong dan menyembunyikan ayat-ayat yang tidak berdosa, namun mampukah Dr. Bucaille membuktikan bahwa Muhammad adalah sosok mutlak dalam 2 hal: sebagai Roh Kebenaran, dan sebagai utusan khusus dari Isa yang keluar dari Bapa?

Padahal kalau Dr. Bucaille mau jujur, ia tidak usah bersusah payah menyembunyikan data-data, berakrobat dan berkilah. Ia cukup membandingkan pasal-pasal Injil Yohanes ini dengan Kisah Para Rasul 1:4-5:
“Ia (Yesus yang telah bangkit) melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa (akan Parakletos)…sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”.
Nah, apakah Muhammad ada di Yerusalem pada waktu itu untuk bisa dicocokkan dengan Parakletos?

*) Agaknya Dr. Bucaille memimpikan perkara yang paling tidak masuk akal: Bahwa kata Parakletos (Penolong, Roh Kudus) seharusnya berasal usul dari kata Periclytos (terpuji, Muhammad). Padahal itu adalah bahasa Yunani dimana setiap huruf hidup selalu harus tertulis (bukan bahasa Arab yang bisa menampilkan saja huruf mati tanpa huruf-huruf hidup. Dan kata Paracletos ini telah terdapat pada setiap dan semua salinan Injil Yohanes sejak tahun 100 M sehingga tidak ada alas an bahwa kata itu telah terubah oleh orang-orang Kristen. Juga tidak ada alas an kenapa itu harus diubah dari Periclytos menjadi Paracletos. Sebab andaikata tadinya kata aslinya adalah Paraclytos, maka apakah alas an orang-orang Kristen untuk menolaknya? Toh mereka alan welcome terhadap kata ini karena tidak tahu menahu dan tidak mungkin mengkaitkan dengan kedatangan seseorang dari Arab 500-an tahun kemudian,Melengkapi kepiawaian Dr. Bucaille masih menuduh orang-orang lain sebagai tidak becus menterjemahkan arti kata Parakletos. Dalam catatan kaki (BQS halaman 122 ia menulis: “Banyak terjemahan dan tafsir, khususnya yang lama, menterjemahkan kata Paraklet dengan comforter (dalam Injil Indonesia disebut Penolong). Ini adalah kesalahan besar.*)




*) Dr. Bucaille juga mempersalahkan para ahli keislaman sehubungan dengan pengertian “alaq” (QS 23:14) karena kebanyakan terjemahan Quran telah menyebutkan sebagai “segumpal darah”. Beliau berkata:
“Penjelasan semacam ini sangat tak dapat diterima oleh seorang spesialis… kita akan melihat kesalahan ahli-ahli ke-islaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah” (hal. 231 BQS)Di sini Dr. Bucaille ingin mengecam bukan satu orang, tetapi semua orang-orang yang telah terlibat dalam usaha penterjemahan tersebut. Maka pertanyaan kita yang wajar-wajar saka adalah apakah semua orang telah salah dan hanya Dr. Bucaille sendiri yang betul?*)



Baiklah kalau Dr. Bucaille merasa dirinya betul. Tetapi lalu bagaimanakah terjemahan Dr. Bucaille sendiri, untuk Parakletos? TERNYATA DIA SENDIRI TIDAK MENTERJEMAHKAN APA-APA!! Ia tidak (berani) melakukannya (!) Ia tinggalkan begitu saja kata asli “Paraklet” itu dalam keadaan terlantar!!
Itulah akhir dari sebuah usaha yang dianggapnya heroik karena “menolak kemapanan”, namun berakhir sia-sia semata.

Yesus Terbukti Berdosa dan Menipu

Ada segelintir orang yang berusaha keras untuk mencari-cari ayat-ayat tertentu dalam Injil kalau-kalau Yesus bisa ditemukan sebagai penipu atau munafik, atau untuk memergoki ayat-ayat tentang kelemahan-kelemahan Yesus, yang bisa diolah untuk menjadikan diriNya berdosa. Akhirnya mereka menemukannya pada Injil Yohanes pasal 7.
Di sini pengkritik merasa sangat berhasil membuktikan dengan telak bahwa Yesus itu paling tidak adalah pendusta bagi saudara-saudaraNya, terbukti dari kutipan Yohanes 7:8-10:

“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap”, demikianlah kataNya (Yesus) kepada mereka (saudara-saudara Yesus), dan Ia pun tinggal di Galilea. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam”.

Tetapi apa yang telah berhasil dibuktikan pengkritik? Seperti ayat-ayat sebelumnya, di sini kembali ia tidak membuktikan apa-apa kecuali menuding-nuding karena ayat-ayat tersebut terasa aneh ke otaknya, sehingga segera disimpulkan bahwa ayat-ayat di atas bukanlah ayat-ayat Tuhan melainkan ayat-ayat buatan si penulis jahil. Tetapi siapakah manusia jahil itu? Jangan-jangan kitalah sendiri yang menjahili dan mendustai diri sendiri, dan ini bukan kasus yang langka!
Alkitab yang “aneh” pasti palsu?
Kalau dasar yang sama, yaitu soal keanehan, dipakai persis untuk menuduh adanya kedustaan atau ayat-ayat palsu di Alkitab dan Quran dan lain-lain Kitab Suci di dunia, maka gugurlah semua Kitab Suci di dunia ini! Sebab di setiap Kitab Suci selalu akan ada ayat-ayat yang terkesan aneh dan sulit dimengerti oleh pembacanya, apalagi bagi mereka yang pada dasarnya tidak mengerti atau tidak mau mengerti!.

Tetapi aneh tidaklah sama dengan bohong atau palsu… Aneh haruslah dijawab oleh pemahaman, pengetahuan dan penghayatan yang luas dari si pengkritik dengan hati yang tidak berprasangka, misalnya menjawab: “kenapa ada penulis jahil yang sudah men-Tuhan-kan Isa tiba-tiba menjatuhkan Isa sebagai seorang pendusta, yaitu dengan sengaja merobah ayat pasal 7 tersebut?”

Jikalau kita yang mengarang-ngarang Alkitab dan men-Tuhan-kan seseorang, tentulah kita akan menjaga sebaik-baiknya jangan sampai ada ayat-ayat yang kita karang-karang itu justru mendiskreditkan sifat-sifat ke-TuhananNya. Tidak ada pilihan lain! Jadi jikalau seorang pengkritik merasa perlu untuk membela Isa karena Isa dianggap sebagai nabi, maka terlebih lagi penulis jahil itu (yang mau men-Tuhan-kan Isa) akan mati-matian membela Isa sebagai Tuhan dan Tuhannya sedemikian rupa sehingga baginya justru Isa tidak boleh kelihatan berdusta telanjang. Dan untuk itu ucapan Yesus mudah, sangat mudah diubah olehnya menjadi:

“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku akan menyusul belakangan…”
Di sini habislah kemungkinan dusta apapun! Dan “Si Bejad” akan sukses men-Tuhan-kan Isa dengan mulusnya. Tetapi jikalau hal ini tidak dilakukanoleh “si bejad”, dibiarkan teksnya mengundang “masalah”, maka masalah ini harus diartikan bahwa justru teks tersebut adalah asli dan benar, tidak dicocok-cocokkan agar benar ke telinga “si bejad” atau telinga siapapun, melainkan semata-mata dan habis-habisan menjaga keaslian teksnya.
Sekarang, kenapa kita bias tahu bahwa tidak teerdapat dusta Yesus dalam Yohanes 7:8-10? Jawaban kita adalah bahwa kita telah didustai apabila ada pengkritik yang menyodorkan hanya 2 ayat di atas untuk mendiskreditkan Yesus. Jelas bahwa konteks masalah telah dipotong-potong demi itikad penyesatan.
Untuk memperlihatkan konteks dan kejadian yang tidak “dusta-mendusta” maka harus dikutip lengkap satu perikop lebih dari Kitab Yohanes 7:1-14

1Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.
2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
3 Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan.
4 Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia."
5 Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya.
6 Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.
7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."
9 Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.
10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
11 Orang-orang Yahudi mencari Dia di pesta itu dan berkata: "Di manakah Ia?"
12 Dan banyak terdengar bisikan di antara orang banyak tentang Dia. Ada yang berkata: "Ia orang baik." Ada pula yang berkata: "Tidak, Ia menyesatkan rakyat."
13 Tetapi tidak seorangpun yang berani berkata terang-terangan tentang Dia karena takut terhadap orang-orang Yahudi.
14 Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Tuhan lalu mengajar di situ.

Nah, bukankah sekarang kita merasa lebih jelas tentang suasana apa yang sedang berlangsung tatkala Yesus berucap “dusta” itu? Yaitu suasana dimana tindak tanduk Yesus kurang dimengerti dan karenanya kurang mendapat kepercayaan dari saudara-saudaraNya (yang memang mengerti Yesus bukan sekedar manusia biasa) tokoh seperti Yesus ini terlalu low profile dan berlambat-lambat untuk menyatakan diriNya dan perbuatan-perbuatanNya. Maka mereka berpesan kepada Yesus agar segera berangkat ke Yudea supaya bias mendemonstrasikan perbuatan-perbuatan ajaibNya di muka umum dalam skala besar di Yerusalem sekalian, dan menampakkan diri kepada dunia dan jangan sekedar sembunyi kecil-kecilan di seputar Galilea.
Kebetulan Hari Raya Pondok Daun telah dekat dan bukankah ini memberi peluang emas bagi Yesus sendiri? Karena orang-orang dari segala pelosok Israel akan datang ke Yerusalem untuk merayakan pesta 8 hari ini. Saran yang sekaligus merupakan kritikan dari saudara-saudaraNya memang terasa teramat logis untuk manusia umumnya. Bahkan di zaman sekarang inipun orang-orang banyak yang menyayangkan kenapa Yeus dibesarkan di dusun Nazaret, bukan di Yunani atau di Roma di tempat mana ajaran-ajaranNya akan sekaligus terpublikasi luas di kerajaan Romawi raya dan bahkan akan terdokumentasi langsung dalam head line sejarah Romawi yang tidak bisa disangkal oleh pengkritik manapun juga.
Tetapi nyatanya Yesus tidak sependapat dengan pandangan saudara-saudaraNya, pandangan anda dan saya, atau pandangan logis dunia! Di tanganNya adalah rancanganNya menurut waktuNya. Ia menolak gagsan saudara-saudaraNya. Perhatikan jawabab Yesus di sini:
"Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.
7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."
Dan Yesus pun tetap tinggal di Galilea membiarkan saudara-saudaraNya berangkat.

Tampak bahwa Ia sangat sadar akan rancangan jahat dari orang-orang Yahudi yang mau membunuhNya secara khusus. Terjadi banyak spekulasi di Yerusalem bahwa Yesus pasti hadir dalam Pesta Pondok Daun (ayat 11) dan sangat boleh jadi perjalanan Yesus dan saudara-saudaraNya, kalau mereka jadi berangkat sama-sama dan terang-terangan, akan berakibat pembunuhan atas diri Yesus. Itu sebabnya Yesus memilih dua cara yang berbeda ketimbang yang diusulkan saudara-saudaraNya:
1. Ia tidak pergi bersama-sama dengan rombongan saudara-saudaraNya, yang mana tentu akan terbuka dan rawan terhadap ancaman musuh-musuhNya.
2. Ia menunda beberapa saat untuk keberangkatanNya, mungkin 1-2 hari sesudah kepergian saudara-saudaraNya, sehingga “waktuNya” genap dan aman untuk berangkat sendiri.
Dan benarlah, Ia akhirnya pergi juga sendiri, secara diam-diam dan incoqnito untuk secara wajar menghindari masalah-masalah (bukan mau menaklukkan masalah-masalah tersebut dengan Kuasa Ilahi yang justru ingin dihindariNya kali ini).
Jadi tatkala Yesus menolak gagasan saudara-saudaraNya untuk berangkat ke Yudea menyatakan perbuatan-perbuatanNya kepada umum, maka Ia bukan menolak untuk (akhirnya) pergi, melainkan menolak untuk pergi dengan terang-terangan dan bersama-sama; juga menolak untuk pergi mendemonstrasikan perbuatan-perbuatanNya, dan menolak untuk pergi mendahului waktuNya, terbukti dari atay 14 bahwa Ia dating ketika pesta sedang berlangsung dan bukan sebelumnya.


Tidak ada yang dusta, tidak ada yang menipu, kecuali Yesus ingin berangkat dengan cara dan rencana yang diketahuiNya. Alangkah sempurnanya dan orisinilnya pasal ini.
Dan Yesus bukan hanya tidak pernah berdusta, Ia bahkan satu-satunya sosok manusia yang TANPA DOSA! Siapakah di dunia ini yang berani mengklaim dirinya sebagai tak berdosa? Dan sekaligus dinyatakan sebagai sosok tak berdosa lewat mulut Gabriel sendiri? Yang dicatatkan sekaligus oleh Alkitab (dan Quran lewat Jibril?) Kita harus mengakui dalam segala kejujuran bahwa itu hanya Yesus seorang!

Dalam Lukas 1:35 kata malaikat Gabriel kepada Maria:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan yang maha tinggi akan menaungi engkau; sebab anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan”.

Ibrani 7:26 “Sebab Imam Besar (Yesus) yang demikianlah kita perlukan: Yaitu yang saleh tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tingi daripada tingkat-tingkat sorga”.

Yohanes 8:46 Yesus berkata:
“Siapakah di antaramu yang membuktikan Aku berbuat dosa?”

QS. Surat Maryam 19:19 “(Jibril) berkata kepada Maryam tentang Isa: “Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki-laki yang suci”.
Itu sebabnya dalam seluruh Quran tidak ditemukan satu kesanpun bahwa Isa pernah minta pengampunan atas dosa atau bahkan kekeliruannya, suatu hal yang berlainan dengan Nabi-nabi, termuka lainnya.

Akhirnya, harap anda sudi menjawab dua pertanyaan tambahan ini:”Siapakah di dunia ini yang berani menyatakan dirinya berkuasa mengampuni dosa manusia?” Senekad-nekadnya orang yang mau menipu, ia tidak akan menipu di bidang ini. Ia tahu ia orang berdosa dan tidak mungkin berkuasa menghapus dosa. Namun Yesus sungguh mengatakan: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”, dan Dia membuktikan kemampuan yang satu ini (lihat Buku 3, Bab 3, Tanda 2). Malaikat juga tidak berdosa, namun tidak berkuasa mengampuni dosa.

Pertanyaan kedua, “Siapakah di dunia ini yang berani menyatakan dirinya sebagai Kebenaran?” Para nabi semuanya paling-paling cuma bisa mentok mengklaim dirinya sebagai “utusan Tuhan untuk memberitakan kebenaranNya” atau “ untuk memberitakan hal yang benar”. Tetapi Yesus-lah satu-satunya nabi yang mengatakan diriNya bahwa Dialah kebenaran (Yohanes 14:6).
Dan siapakah itu Sang Benar, Tanpa Dosa, dan sekaligus Sang Penghapus Dosa, kalau bukan Tuhan sendiri?