Ada segelintir orang yang berusaha keras untuk mencari-cari ayat-ayat tertentu dalam Injil kalau-kalau Yesus bisa ditemukan sebagai penipu atau munafik, atau untuk memergoki ayat-ayat tentang kelemahan-kelemahan Yesus, yang bisa diolah untuk menjadikan diriNya berdosa. Akhirnya mereka menemukannya pada Injil Yohanes pasal 7.
Di sini pengkritik merasa sangat berhasil membuktikan dengan telak bahwa Yesus itu paling tidak adalah pendusta bagi saudara-saudaraNya, terbukti dari kutipan Yohanes 7:8-10:
“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap”, demikianlah kataNya (Yesus) kepada mereka (saudara-saudara Yesus), dan Ia pun tinggal di Galilea. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam”.
Tetapi apa yang telah berhasil dibuktikan pengkritik? Seperti ayat-ayat sebelumnya, di sini kembali ia tidak membuktikan apa-apa kecuali menuding-nuding karena ayat-ayat tersebut terasa aneh ke otaknya, sehingga segera disimpulkan bahwa ayat-ayat di atas bukanlah ayat-ayat Tuhan melainkan ayat-ayat buatan si penulis jahil. Tetapi siapakah manusia jahil itu? Jangan-jangan kitalah sendiri yang menjahili dan mendustai diri sendiri, dan ini bukan kasus yang langka!
Alkitab yang “aneh” pasti palsu?
Kalau dasar yang sama, yaitu soal keanehan, dipakai persis untuk menuduh adanya kedustaan atau ayat-ayat palsu di Alkitab dan Quran dan lain-lain Kitab Suci di dunia, maka gugurlah semua Kitab Suci di dunia ini! Sebab di setiap Kitab Suci selalu akan ada ayat-ayat yang terkesan aneh dan sulit dimengerti oleh pembacanya, apalagi bagi mereka yang pada dasarnya tidak mengerti atau tidak mau mengerti!.
Tetapi aneh tidaklah sama dengan bohong atau palsu… Aneh haruslah dijawab oleh pemahaman, pengetahuan dan penghayatan yang luas dari si pengkritik dengan hati yang tidak berprasangka, misalnya menjawab: “kenapa ada penulis jahil yang sudah men-Tuhan-kan Isa tiba-tiba menjatuhkan Isa sebagai seorang pendusta, yaitu dengan sengaja merobah ayat pasal 7 tersebut?”
Di sini pengkritik merasa sangat berhasil membuktikan dengan telak bahwa Yesus itu paling tidak adalah pendusta bagi saudara-saudaraNya, terbukti dari kutipan Yohanes 7:8-10:
“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap”, demikianlah kataNya (Yesus) kepada mereka (saudara-saudara Yesus), dan Ia pun tinggal di Galilea. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam”.
Tetapi apa yang telah berhasil dibuktikan pengkritik? Seperti ayat-ayat sebelumnya, di sini kembali ia tidak membuktikan apa-apa kecuali menuding-nuding karena ayat-ayat tersebut terasa aneh ke otaknya, sehingga segera disimpulkan bahwa ayat-ayat di atas bukanlah ayat-ayat Tuhan melainkan ayat-ayat buatan si penulis jahil. Tetapi siapakah manusia jahil itu? Jangan-jangan kitalah sendiri yang menjahili dan mendustai diri sendiri, dan ini bukan kasus yang langka!
Alkitab yang “aneh” pasti palsu?
Kalau dasar yang sama, yaitu soal keanehan, dipakai persis untuk menuduh adanya kedustaan atau ayat-ayat palsu di Alkitab dan Quran dan lain-lain Kitab Suci di dunia, maka gugurlah semua Kitab Suci di dunia ini! Sebab di setiap Kitab Suci selalu akan ada ayat-ayat yang terkesan aneh dan sulit dimengerti oleh pembacanya, apalagi bagi mereka yang pada dasarnya tidak mengerti atau tidak mau mengerti!.
Tetapi aneh tidaklah sama dengan bohong atau palsu… Aneh haruslah dijawab oleh pemahaman, pengetahuan dan penghayatan yang luas dari si pengkritik dengan hati yang tidak berprasangka, misalnya menjawab: “kenapa ada penulis jahil yang sudah men-Tuhan-kan Isa tiba-tiba menjatuhkan Isa sebagai seorang pendusta, yaitu dengan sengaja merobah ayat pasal 7 tersebut?”
Jikalau kita yang mengarang-ngarang Alkitab dan men-Tuhan-kan seseorang, tentulah kita akan menjaga sebaik-baiknya jangan sampai ada ayat-ayat yang kita karang-karang itu justru mendiskreditkan sifat-sifat ke-TuhananNya. Tidak ada pilihan lain! Jadi jikalau seorang pengkritik merasa perlu untuk membela Isa karena Isa dianggap sebagai nabi, maka terlebih lagi penulis jahil itu (yang mau men-Tuhan-kan Isa) akan mati-matian membela Isa sebagai Tuhan dan Tuhannya sedemikian rupa sehingga baginya justru Isa tidak boleh kelihatan berdusta telanjang. Dan untuk itu ucapan Yesus mudah, sangat mudah diubah olehnya menjadi:
“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku akan menyusul belakangan…”
Di sini habislah kemungkinan dusta apapun! Dan “Si Bejad” akan sukses men-Tuhan-kan Isa dengan mulusnya. Tetapi jikalau hal ini tidak dilakukanoleh “si bejad”, dibiarkan teksnya mengundang “masalah”, maka masalah ini harus diartikan bahwa justru teks tersebut adalah asli dan benar, tidak dicocok-cocokkan agar benar ke telinga “si bejad” atau telinga siapapun, melainkan semata-mata dan habis-habisan menjaga keaslian teksnya.
Sekarang, kenapa kita bias tahu bahwa tidak teerdapat dusta Yesus dalam Yohanes 7:8-10? Jawaban kita adalah bahwa kita telah didustai apabila ada pengkritik yang menyodorkan hanya 2 ayat di atas untuk mendiskreditkan Yesus. Jelas bahwa konteks masalah telah dipotong-potong demi itikad penyesatan.
Untuk memperlihatkan konteks dan kejadian yang tidak “dusta-mendusta” maka harus dikutip lengkap satu perikop lebih dari Kitab Yohanes 7:1-14
1Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.
2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
3 Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan.
4 Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia."
5 Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya.
6 Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.
7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."
9 Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.
10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
11 Orang-orang Yahudi mencari Dia di pesta itu dan berkata: "Di manakah Ia?"
12 Dan banyak terdengar bisikan di antara orang banyak tentang Dia. Ada yang berkata: "Ia orang baik." Ada pula yang berkata: "Tidak, Ia menyesatkan rakyat."
13 Tetapi tidak seorangpun yang berani berkata terang-terangan tentang Dia karena takut terhadap orang-orang Yahudi.
14 Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Tuhan lalu mengajar di situ.
Nah, bukankah sekarang kita merasa lebih jelas tentang suasana apa yang sedang berlangsung tatkala Yesus berucap “dusta” itu? Yaitu suasana dimana tindak tanduk Yesus kurang dimengerti dan karenanya kurang mendapat kepercayaan dari saudara-saudaraNya (yang memang mengerti Yesus bukan sekedar manusia biasa) tokoh seperti Yesus ini terlalu low profile dan berlambat-lambat untuk menyatakan diriNya dan perbuatan-perbuatanNya. Maka mereka berpesan kepada Yesus agar segera berangkat ke Yudea supaya bias mendemonstrasikan perbuatan-perbuatan ajaibNya di muka umum dalam skala besar di Yerusalem sekalian, dan menampakkan diri kepada dunia dan jangan sekedar sembunyi kecil-kecilan di seputar Galilea.
Kebetulan Hari Raya Pondok Daun telah dekat dan bukankah ini memberi peluang emas bagi Yesus sendiri? Karena orang-orang dari segala pelosok Israel akan datang ke Yerusalem untuk merayakan pesta 8 hari ini. Saran yang sekaligus merupakan kritikan dari saudara-saudaraNya memang terasa teramat logis untuk manusia umumnya. Bahkan di zaman sekarang inipun orang-orang banyak yang menyayangkan kenapa Yeus dibesarkan di dusun Nazaret, bukan di Yunani atau di Roma di tempat mana ajaran-ajaranNya akan sekaligus terpublikasi luas di kerajaan Romawi raya dan bahkan akan terdokumentasi langsung dalam head line sejarah Romawi yang tidak bisa disangkal oleh pengkritik manapun juga.
Tetapi nyatanya Yesus tidak sependapat dengan pandangan saudara-saudaraNya, pandangan anda dan saya, atau pandangan logis dunia! Di tanganNya adalah rancanganNya menurut waktuNya. Ia menolak gagsan saudara-saudaraNya. Perhatikan jawabab Yesus di sini:
"Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.
7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."
Dan Yesus pun tetap tinggal di Galilea membiarkan saudara-saudaraNya berangkat.
Tampak bahwa Ia sangat sadar akan rancangan jahat dari orang-orang Yahudi yang mau membunuhNya secara khusus. Terjadi banyak spekulasi di Yerusalem bahwa Yesus pasti hadir dalam Pesta Pondok Daun (ayat 11) dan sangat boleh jadi perjalanan Yesus dan saudara-saudaraNya, kalau mereka jadi berangkat sama-sama dan terang-terangan, akan berakibat pembunuhan atas diri Yesus. Itu sebabnya Yesus memilih dua cara yang berbeda ketimbang yang diusulkan saudara-saudaraNya:
1. Ia tidak pergi bersama-sama dengan rombongan saudara-saudaraNya, yang mana tentu akan terbuka dan rawan terhadap ancaman musuh-musuhNya.
2. Ia menunda beberapa saat untuk keberangkatanNya, mungkin 1-2 hari sesudah kepergian saudara-saudaraNya, sehingga “waktuNya” genap dan aman untuk berangkat sendiri.
Dan benarlah, Ia akhirnya pergi juga sendiri, secara diam-diam dan incoqnito untuk secara wajar menghindari masalah-masalah (bukan mau menaklukkan masalah-masalah tersebut dengan Kuasa Ilahi yang justru ingin dihindariNya kali ini).
Jadi tatkala Yesus menolak gagasan saudara-saudaraNya untuk berangkat ke Yudea menyatakan perbuatan-perbuatanNya kepada umum, maka Ia bukan menolak untuk (akhirnya) pergi, melainkan menolak untuk pergi dengan terang-terangan dan bersama-sama; juga menolak untuk pergi mendemonstrasikan perbuatan-perbuatanNya, dan menolak untuk pergi mendahului waktuNya, terbukti dari atay 14 bahwa Ia dating ketika pesta sedang berlangsung dan bukan sebelumnya.
Tidak ada yang dusta, tidak ada yang menipu, kecuali Yesus ingin berangkat dengan cara dan rencana yang diketahuiNya. Alangkah sempurnanya dan orisinilnya pasal ini.
Dan Yesus bukan hanya tidak pernah berdusta, Ia bahkan satu-satunya sosok manusia yang TANPA DOSA! Siapakah di dunia ini yang berani mengklaim dirinya sebagai tak berdosa? Dan sekaligus dinyatakan sebagai sosok tak berdosa lewat mulut Gabriel sendiri? Yang dicatatkan sekaligus oleh Alkitab (dan Quran lewat Jibril?) Kita harus mengakui dalam segala kejujuran bahwa itu hanya Yesus seorang!
“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku akan menyusul belakangan…”
Di sini habislah kemungkinan dusta apapun! Dan “Si Bejad” akan sukses men-Tuhan-kan Isa dengan mulusnya. Tetapi jikalau hal ini tidak dilakukanoleh “si bejad”, dibiarkan teksnya mengundang “masalah”, maka masalah ini harus diartikan bahwa justru teks tersebut adalah asli dan benar, tidak dicocok-cocokkan agar benar ke telinga “si bejad” atau telinga siapapun, melainkan semata-mata dan habis-habisan menjaga keaslian teksnya.
Sekarang, kenapa kita bias tahu bahwa tidak teerdapat dusta Yesus dalam Yohanes 7:8-10? Jawaban kita adalah bahwa kita telah didustai apabila ada pengkritik yang menyodorkan hanya 2 ayat di atas untuk mendiskreditkan Yesus. Jelas bahwa konteks masalah telah dipotong-potong demi itikad penyesatan.
Untuk memperlihatkan konteks dan kejadian yang tidak “dusta-mendusta” maka harus dikutip lengkap satu perikop lebih dari Kitab Yohanes 7:1-14
1Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.
2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
3 Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan.
4 Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia."
5 Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya.
6 Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.
7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."
9 Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.
10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
11 Orang-orang Yahudi mencari Dia di pesta itu dan berkata: "Di manakah Ia?"
12 Dan banyak terdengar bisikan di antara orang banyak tentang Dia. Ada yang berkata: "Ia orang baik." Ada pula yang berkata: "Tidak, Ia menyesatkan rakyat."
13 Tetapi tidak seorangpun yang berani berkata terang-terangan tentang Dia karena takut terhadap orang-orang Yahudi.
14 Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Tuhan lalu mengajar di situ.
Nah, bukankah sekarang kita merasa lebih jelas tentang suasana apa yang sedang berlangsung tatkala Yesus berucap “dusta” itu? Yaitu suasana dimana tindak tanduk Yesus kurang dimengerti dan karenanya kurang mendapat kepercayaan dari saudara-saudaraNya (yang memang mengerti Yesus bukan sekedar manusia biasa) tokoh seperti Yesus ini terlalu low profile dan berlambat-lambat untuk menyatakan diriNya dan perbuatan-perbuatanNya. Maka mereka berpesan kepada Yesus agar segera berangkat ke Yudea supaya bias mendemonstrasikan perbuatan-perbuatan ajaibNya di muka umum dalam skala besar di Yerusalem sekalian, dan menampakkan diri kepada dunia dan jangan sekedar sembunyi kecil-kecilan di seputar Galilea.
Kebetulan Hari Raya Pondok Daun telah dekat dan bukankah ini memberi peluang emas bagi Yesus sendiri? Karena orang-orang dari segala pelosok Israel akan datang ke Yerusalem untuk merayakan pesta 8 hari ini. Saran yang sekaligus merupakan kritikan dari saudara-saudaraNya memang terasa teramat logis untuk manusia umumnya. Bahkan di zaman sekarang inipun orang-orang banyak yang menyayangkan kenapa Yeus dibesarkan di dusun Nazaret, bukan di Yunani atau di Roma di tempat mana ajaran-ajaranNya akan sekaligus terpublikasi luas di kerajaan Romawi raya dan bahkan akan terdokumentasi langsung dalam head line sejarah Romawi yang tidak bisa disangkal oleh pengkritik manapun juga.
Tetapi nyatanya Yesus tidak sependapat dengan pandangan saudara-saudaraNya, pandangan anda dan saya, atau pandangan logis dunia! Di tanganNya adalah rancanganNya menurut waktuNya. Ia menolak gagsan saudara-saudaraNya. Perhatikan jawabab Yesus di sini:
"Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.
7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."
Dan Yesus pun tetap tinggal di Galilea membiarkan saudara-saudaraNya berangkat.
Tampak bahwa Ia sangat sadar akan rancangan jahat dari orang-orang Yahudi yang mau membunuhNya secara khusus. Terjadi banyak spekulasi di Yerusalem bahwa Yesus pasti hadir dalam Pesta Pondok Daun (ayat 11) dan sangat boleh jadi perjalanan Yesus dan saudara-saudaraNya, kalau mereka jadi berangkat sama-sama dan terang-terangan, akan berakibat pembunuhan atas diri Yesus. Itu sebabnya Yesus memilih dua cara yang berbeda ketimbang yang diusulkan saudara-saudaraNya:
1. Ia tidak pergi bersama-sama dengan rombongan saudara-saudaraNya, yang mana tentu akan terbuka dan rawan terhadap ancaman musuh-musuhNya.
2. Ia menunda beberapa saat untuk keberangkatanNya, mungkin 1-2 hari sesudah kepergian saudara-saudaraNya, sehingga “waktuNya” genap dan aman untuk berangkat sendiri.
Dan benarlah, Ia akhirnya pergi juga sendiri, secara diam-diam dan incoqnito untuk secara wajar menghindari masalah-masalah (bukan mau menaklukkan masalah-masalah tersebut dengan Kuasa Ilahi yang justru ingin dihindariNya kali ini).
Jadi tatkala Yesus menolak gagasan saudara-saudaraNya untuk berangkat ke Yudea menyatakan perbuatan-perbuatanNya kepada umum, maka Ia bukan menolak untuk (akhirnya) pergi, melainkan menolak untuk pergi dengan terang-terangan dan bersama-sama; juga menolak untuk pergi mendemonstrasikan perbuatan-perbuatanNya, dan menolak untuk pergi mendahului waktuNya, terbukti dari atay 14 bahwa Ia dating ketika pesta sedang berlangsung dan bukan sebelumnya.
Tidak ada yang dusta, tidak ada yang menipu, kecuali Yesus ingin berangkat dengan cara dan rencana yang diketahuiNya. Alangkah sempurnanya dan orisinilnya pasal ini.
Dan Yesus bukan hanya tidak pernah berdusta, Ia bahkan satu-satunya sosok manusia yang TANPA DOSA! Siapakah di dunia ini yang berani mengklaim dirinya sebagai tak berdosa? Dan sekaligus dinyatakan sebagai sosok tak berdosa lewat mulut Gabriel sendiri? Yang dicatatkan sekaligus oleh Alkitab (dan Quran lewat Jibril?) Kita harus mengakui dalam segala kejujuran bahwa itu hanya Yesus seorang!
Dalam Lukas 1:35 kata malaikat Gabriel kepada Maria:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan yang maha tinggi akan menaungi engkau; sebab anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan”.
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan yang maha tinggi akan menaungi engkau; sebab anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan”.
Ibrani 7:26 “Sebab Imam Besar (Yesus) yang demikianlah kita perlukan: Yaitu yang saleh tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tingi daripada tingkat-tingkat sorga”.
Yohanes 8:46 Yesus berkata:
“Siapakah di antaramu yang membuktikan Aku berbuat dosa?”
“Siapakah di antaramu yang membuktikan Aku berbuat dosa?”
QS. Surat Maryam 19:19 “(Jibril) berkata kepada Maryam tentang Isa: “Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki-laki yang suci”.
Itu sebabnya dalam seluruh Quran tidak ditemukan satu kesanpun bahwa Isa pernah minta pengampunan atas dosa atau bahkan kekeliruannya, suatu hal yang berlainan dengan Nabi-nabi, termuka lainnya.
Itu sebabnya dalam seluruh Quran tidak ditemukan satu kesanpun bahwa Isa pernah minta pengampunan atas dosa atau bahkan kekeliruannya, suatu hal yang berlainan dengan Nabi-nabi, termuka lainnya.
Akhirnya, harap anda sudi menjawab dua pertanyaan tambahan ini:”Siapakah di dunia ini yang berani menyatakan dirinya berkuasa mengampuni dosa manusia?” Senekad-nekadnya orang yang mau menipu, ia tidak akan menipu di bidang ini. Ia tahu ia orang berdosa dan tidak mungkin berkuasa menghapus dosa. Namun Yesus sungguh mengatakan: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”, dan Dia membuktikan kemampuan yang satu ini (lihat Buku 3, Bab 3, Tanda 2). Malaikat juga tidak berdosa, namun tidak berkuasa mengampuni dosa.
Pertanyaan kedua, “Siapakah di dunia ini yang berani menyatakan dirinya sebagai Kebenaran?” Para nabi semuanya paling-paling cuma bisa mentok mengklaim dirinya sebagai “utusan Tuhan untuk memberitakan kebenaranNya” atau “ untuk memberitakan hal yang benar”. Tetapi Yesus-lah satu-satunya nabi yang mengatakan diriNya bahwa Dialah kebenaran (Yohanes 14:6).
Dan siapakah itu Sang Benar, Tanpa Dosa, dan sekaligus Sang Penghapus Dosa, kalau bukan Tuhan sendiri?
Dan siapakah itu Sang Benar, Tanpa Dosa, dan sekaligus Sang Penghapus Dosa, kalau bukan Tuhan sendiri?
No comments:
Post a Comment