Wednesday, May 13, 2009

Parakletos Bukanlah Nubuat Kedatangan Roh Kudus

Sekarang kita berbicara tentang suatu topik yang sangat diyakini oleh Dr. Bucaille bahwa ayat-ayat Injil yang benar telah diselewengkan oleh tangan-tangan manusia Kristen. Ia memilih sasarannya terambil dari Kitab Yohanes pasal 14-16 dimana tercantum kata-kata bahwa sang “Parakletos” akan datang menggantikan Yesus di dunia ini (BQS hal 118-124). Orang Kristen tahu bahwa Parakletos itulah Roh Kudus yang dijanjikan. Namun Dr. Bucaille berusaha secara “ilmiah” untuk menbuktikan bahwa Parakletos ini bukan Roh melainkan manusia, dan itulah nubuat Alkitab yang “cocok” diperuntukkan bagi Muhammad. Ia memperingati para pembaca untuk berhati-hati menghadapi penulis-penulis Kristen yang sering bermain dengan bahasa yang bersifat apologetic (berdebat dengan berakrobat kata-kata) namun ternyata nanti menjadi bumerang balik untuk diri yang mengkritik.

Percakapan dan penghiburan Yesus kepada murid-muridNya saat-saat menjelang Ia ditangkap diistilahkan oleh Dr. Bucaille dengan “pidato”, pidato yang amat panjang, lalu segera ia mempertanyakan:
1. Mengapa riwayat perpisahan yang mengharukan dan mengandung soal-soal pokok dan perspektif hari depan yang begitu penting itu, kok hanya terdapat pada Injil Yahya dan tidak pada ke-3 Injil lainnya.
2. Apakah teks tersebut tadinya ada pada ke-3 Injil lainnya itu, tetapi kemudian sengaja dihilangkan?
3. Mengapa dihilangkan?
4. Tak bakalan ada jwaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Rahasia tetap tersembunyi mengenai kekurangan yang sangat besar ini.
Mohon diperhatikan bagaimana alunan ketiga pertanyaan terakhir di atas. Belum dipastikan apa-apa tentang jawaban terhadap pertanyaan no.2, segera pertanyaan no.3 disodorkan secara menyiasati sehingga menempatkan pertanyaan di atasnya seolah-olah menjadi benar: “Benarlah teks tersebut hilang, tetapi mengapa dihilangkan?” Lalu disimpulkan dengan pernyataan terakhir bahwa “O, memang hilang, tapi kita tidak bakal tahu kenapa. Itulah rahasia dapur mengenai kekurangan yang sangat fatal dari Injil ini”. Itulah siasat pengalunan bahasa yang menggiring mental para pembaca untuk masuk dalam arahannya.
Sekarang kembali pada pertanyaan Dr. Bucaille yang pertama, yang diajukan dengn cara sangat tendensius:
“Bagaimana kita dapat menerangkan mengapa riwayat perpisahan (antara Yesus dan murid-muridNya) yang mengharukan dan yang mengandung pesan-pesan spiritualnya Yesus tidak terdapat dalam Injil Matius, Markus dan Lukas? (melainkan hanya dilaporkan dalam Injil Yohanes saja – Lihat BQS hal. 119)
Ini tentu sangat mencurigakan Dr. Bucaille. Kelihatannya beliau berasumsi bahwa Tuhan yang Mahatahu dan Mahakuasa tidak akan membiarkan peristiwa sepenting begini dilapor oleh hanya satu orang penulis!”
Kalau begitu, izinkan kita untuk bertanya balik kepadanya mengenai konsekuensi dari kecurigaan model begini.
a) “Apakah Dr. Bucaille memustahilkan Tuhan untuk hanya memakai satu pelapor untuk melaporkan suatu peristiwa penting?”
Kalau begitu bagaimana beliau harus menerangkan bahwa Quran juga “dilaporkan” oleh satu orang, yaitu Muhammad sendiri?

b) “Apakah Dr. Bucaille ingin menegaskan bahwa kalau suatu kasus penting sampai dilaporkan oleh banyak penulis Alkitab, maka kasus tersebut menjadi sah dan benar?”
Kalau begitu Dr. Bucaille harus menganggap sah dan benar bahwa Yesus itu meninggal, bangkit dari kematian, dan menyelamatkan manusia. Bukankah hal-hal tersebut dicantumkan oleh banyak penulis Alkitab?

c) “Apakah kecurigaan Dr. Bucaille terhadap Injil akan diperlakukan sama fair terhadap Quran yaitu akan mencurigai setiap kasus penting yang hanya disebut satu kali (atau satu Surat saja) dalam Kitab Allah, dan menganggapnya tidak cukup sah?”
Kalau begitu dr. Bucaille harus menolak banyak perkara yang disebut oleh Quran hanya dalam satu Surat atau bahkan satu kali. Misalnya:

§ Berapa Suratkah dalam Quran yang mengatakan bahwa Isa tidak benar-benar mati? Hanya satu bukan? Surat An Nisa 4:157-158! Surat-surat lain justru mengatakan Isa mati dengan pelbagai istilah seperti “akhir ajal”, “hari meninggal”, “wafat”. Mengapa dr. Bucaille tidak mempersoalkan dan mencurigai masalah ini?
§ Berapa kalikah Quran mencantumkan nubuat dari mulut Isa sendiri bahwa akan datang sesudah Dia, seseorang rasul bernama Ahmad? Hanya satu kali! Berapa kalikah nama “Ahmad” muncul di quran? Hanya 1X!

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putera Maryam berkata “Hai Bani Israil, sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumKu, yaitu Taurat dan pemberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”…(Ash Shaff 61:6a)
Kalau hanya satu kali dari mulut Isa, kenapa dr. Bucaille tidak mencurigai tentang kebenaran nubuat yang begitu penting ini? Malah mati-matian nubuat ini otomatis dianggapnya amat sangat benar, walau “Rasul Ahmad” samasekali tidak terjejak di Alkitab?
§ Berapa kali peperangan Badar disebutkan di Quran dengan mencantumkan nama tersebut?
Apakah disebutkan juga di luar Al Imran ayat 123? Apa itu bukan perang yang penting dalam sejarah Islam sekalipun namanya tercantum hanya satu kali? Bagaimana Dr. Bucaille menghadapi kenyataan-kenyataan ini?

d) Apakah Dr. Bucaille juga beranggapan bahwa nama atau peristiwa-peristiwa yang lebih banyak disebutkan dalam suatu Kitab Suci akan otomatis berarti bahwa nama/peristiwa tersebut lebih penting ketimbang yang lainnya?
Kalau begitu, silahkan cek sendiri di seluruh Quran berapa kali disebutkan nama Muhammad secara eksplisit, dibandingkan dengan nama Isa dan/atau Al-Masih, bahkan bila dibandingkan dengan nama Maryam? Juga berapakah ayat-ayat Quran yang secara khusus memberikan nama dan sebutan bagi Muhammad dibandingkan dengan 22 jenis nama dan sebutan bagi sosok Isa, seperti Isa, Putera Maryam, Al-Masih, Rasul, Tanda, nabi, Hamba*), Kalimat, Roh, Anak laki-laki yang suci, Terkemuka, Rahmat, Salah satu di antara yang di dekatkan, dll.

*) Pengertian “Hamba” dalam Quran berbeda dengan Alkitab. Yesus tidak pernah menamakan diriNya sebagai “Hamba Tuhan” dalam pengertian budak yang takluk kepada kekuasaan mutlak dari Pencipta, melainkan Ia sengaja melepaskan kesetaraan IlahiNya dengan turun ke dunia untuk menjadi “Hamba Tuhan” dan “Hamba semua manusia” (Filipi 2:7 dan Markus 10:44-45) Jadi dasar dari perhambaan Yesus adalah kerendahan hati dan kasih untuk melayani dalam hubungan “Bapak-Anak” bukan hubungan “TUAN-BUDAK”


Ingat bahwa Yesus pada zamanNya memandang rendah para ahli kitab yang pintar menuduh dan mengecam, menjebak dan memergok secara apriori, yang mencurigai setiap kata dan perilaku Yesus kalau-kalau bisa ditemukan “kepalsuan” dan “kesalahan”. Walau sudah disinyalir oleh Yesus, namun rupa-rupanya para “Ahli Taurat Modern” selalu kembali melakukan usaha-usaha yang sama seperti “Ahli Taurat Purba” 2000 tahun sebelumnya!

Parakletos itu manusia, bukan Roh Tuhan
Selanjutnya Dr. Bucaille menulis: “Kita mendapat kesimpulan menurut logika, bahwa Parakletos yang disebutkan oleh Yahya itu adalah seorang manusia seperti Yesus, yang dianugerahi anggota (tubuh) untuk mendengar dan berbicara seperti yang diakui dalam teks Yunani secara formal *)
*) BQS, hal 122, maksud Dr. Bucaille mati-matian ingin membuktikan bahwa Parakletos itu adalah manusia, bukan Roh, sehingga bias dicocokkan bagi Muhammad sebagai nabi yang akan datang kemudian, menggantikan Yesus.


Perhatikan gaya kata-kata yang sangat piawai dari Dr. Bucaille : “diakui dalam teks teks Yunani secara formal”. Padahal tidak ada yang mengakuinya kecuali ia saja yang memaksakan diri untuk mengosongkan Parakletos dengan membuang kata “Roh” yang dilekatkan pada Parakletos itu sendiri, seperti yang akan diperlihatkan di bawah ini.

Dr. Bucaille memilih mengutip 8 ayat, tetapi diringkas dari Injil Yohanes pasal 14, 15, 16 dengan jaminannya sendiri bahwa sekalipun ayat-ayat telah diringkas, namun hal ini TIDAKLAH akan merubah arti umum dari kutipan-kutipan tersebut. Tetapi apa yang terjadi? Dr. William Campbell memergoki dan sekaligus menelanjangi “jaminan intelektuil” yang diberikan dr. Bucaille kepada para pembacanya! Ternyata ayat-ayat dengan kata-kata tertentu telah dengan sengaja dipangkas sedemikian rupa demi menghindari dirinya dari kesulitan-kesulitan dalam pembuktian!!

Mari kita cermati bagaimana cara Dr. bucaille memangkas kata-kata Injil Yohanes dengan jaminan tidak akan merubah arti umum keseluruhannya. Kita cukup mengekspos beberapa ayat saja.*)
*) William Campbell, The Quran and The Bible, in the light of history & science (TQTB), Middle East Resources, 1986, halaman 245, 246. Kutipan mana mendapat izin dari pengarang dan penerbitnya.
Sayang penterjemah BQS tidak memakai terjemahan Alkitab resmi, melainkan terjemahan pribadi. Padahal Dr. Bucaille sedang mempersoalkan presisi kata-kata, ayat, bahkan asal kata, teks formal, dll, dimana terjemahan tidak boleh sekenanya saja.



Ayat yang diringkas oleh Dr. Bucaille kita tandai dengan (B), sementara ayat asli (yang seharusnya disajikan utuh) dari Alkitab kita tandai dengan (A).

Injil Yohanes pasal 14 & 15
(B). “Jika kamu cinta kepadaKu, ikutilah perintah-perintahKu, Aku akan mohon kepada Bapa: Ia akan memberi kamu seorang Paraklet lain” (14:15-16).
(A).“Jilakau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meningggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu”. (14:15-18)

(B). “Ia akan menyampaikan sendiri kesaksiannya daripadaKu” (15:26)

(A). “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku” (15:26,27).

Jadi para pembaca segera melihat apa yang telah disembunyikan, yaitu antara lain yang kami tuliskan dengan huruf tebal di bawah ini:
a) Ia (Parakletos) menyertai kamu (Petrus, Yohanes, Yakobus dan lain-lain) selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.
Disini kita bertanya: Nabi Manusia mana yang akan dan bisa menyertai Petrus dan kawan-kawan sampai selama-lamanya?
Nabi manusia mana yang adalah Roh Kebenaran?

b) Dunia tidak melihat Dia (Parakletos)…tetapi kamu mengenal Dia. Kita bertanya lagi: Nabi manusia mana yang dunia tidak melihatNya kecuali hanya Petrus dan kawan-kawan seiman?

c) Ia (Parakletos) menyertai kamu… diam di dalam kamu.

Kita bertanya: “Nabi manusia mana yang bakalan bersama-sama menyertai Petrus dan kawan-kawan dan dian di dalam mereka?

d) (Walau Yesus menemui bapaNya di Surga) Yesus tidak akan meninggalkan murid-muridNya sebagai yatim piatu. Kita bertanya: Nabi manusia mana yang mendampingi sisa hidup mereka, menguatkan roh mereka hingga mati sahid mereka?

e) Penghibur (Parakletos) yang akan Ku (Yesus) utus dari Bapa (Tuhan), yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa. Kita bertanya: Nabi manusia mana yang berani klaim dirinya sebagai Roh Kebenaran? (Sebab klaim demikian pastilah suatu penghujatan bagi Tuhan yang satu-satunya Mahabenar) Nabi manusia mana yang Yesus utus itu keluar dari Bapa? Kembali lagi hujatan, bila ada manusia yang berani mengklaim dirinya sebagai “Zat yang keluar dari Bapa”.

Jadi, walau Dr. Bucaille cukup berani (nekad?) memotong-motong dan menyembunyikan ayat-ayat yang tidak berdosa, namun mampukah Dr. Bucaille membuktikan bahwa Muhammad adalah sosok mutlak dalam 2 hal: sebagai Roh Kebenaran, dan sebagai utusan khusus dari Isa yang keluar dari Bapa?

Padahal kalau Dr. Bucaille mau jujur, ia tidak usah bersusah payah menyembunyikan data-data, berakrobat dan berkilah. Ia cukup membandingkan pasal-pasal Injil Yohanes ini dengan Kisah Para Rasul 1:4-5:
“Ia (Yesus yang telah bangkit) melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa (akan Parakletos)…sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”.
Nah, apakah Muhammad ada di Yerusalem pada waktu itu untuk bisa dicocokkan dengan Parakletos?

*) Agaknya Dr. Bucaille memimpikan perkara yang paling tidak masuk akal: Bahwa kata Parakletos (Penolong, Roh Kudus) seharusnya berasal usul dari kata Periclytos (terpuji, Muhammad). Padahal itu adalah bahasa Yunani dimana setiap huruf hidup selalu harus tertulis (bukan bahasa Arab yang bisa menampilkan saja huruf mati tanpa huruf-huruf hidup. Dan kata Paracletos ini telah terdapat pada setiap dan semua salinan Injil Yohanes sejak tahun 100 M sehingga tidak ada alas an bahwa kata itu telah terubah oleh orang-orang Kristen. Juga tidak ada alas an kenapa itu harus diubah dari Periclytos menjadi Paracletos. Sebab andaikata tadinya kata aslinya adalah Paraclytos, maka apakah alas an orang-orang Kristen untuk menolaknya? Toh mereka alan welcome terhadap kata ini karena tidak tahu menahu dan tidak mungkin mengkaitkan dengan kedatangan seseorang dari Arab 500-an tahun kemudian,Melengkapi kepiawaian Dr. Bucaille masih menuduh orang-orang lain sebagai tidak becus menterjemahkan arti kata Parakletos. Dalam catatan kaki (BQS halaman 122 ia menulis: “Banyak terjemahan dan tafsir, khususnya yang lama, menterjemahkan kata Paraklet dengan comforter (dalam Injil Indonesia disebut Penolong). Ini adalah kesalahan besar.*)




*) Dr. Bucaille juga mempersalahkan para ahli keislaman sehubungan dengan pengertian “alaq” (QS 23:14) karena kebanyakan terjemahan Quran telah menyebutkan sebagai “segumpal darah”. Beliau berkata:
“Penjelasan semacam ini sangat tak dapat diterima oleh seorang spesialis… kita akan melihat kesalahan ahli-ahli ke-islaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah” (hal. 231 BQS)Di sini Dr. Bucaille ingin mengecam bukan satu orang, tetapi semua orang-orang yang telah terlibat dalam usaha penterjemahan tersebut. Maka pertanyaan kita yang wajar-wajar saka adalah apakah semua orang telah salah dan hanya Dr. Bucaille sendiri yang betul?*)



Baiklah kalau Dr. Bucaille merasa dirinya betul. Tetapi lalu bagaimanakah terjemahan Dr. Bucaille sendiri, untuk Parakletos? TERNYATA DIA SENDIRI TIDAK MENTERJEMAHKAN APA-APA!! Ia tidak (berani) melakukannya (!) Ia tinggalkan begitu saja kata asli “Paraklet” itu dalam keadaan terlantar!!
Itulah akhir dari sebuah usaha yang dianggapnya heroik karena “menolak kemapanan”, namun berakhir sia-sia semata.

No comments:

Post a Comment