Terdapat serangan gencar demikian:
Matius 1 dan Lukas 3 memuat silsilah Yesus yang jelas-jelas bertentangan satu sama lainnya. Sebab kalau kedua silsilah itu diperhadapkan, maka Yusuf menjadi anak dari 2 ayah yang berbeda yang satu menjadi menjadi anak Yakub, yang lain menjadi anak Eli.
Para pengkritik bersinis: “Kalau silsilah Yesus saja sampai fiktif, maka jangan heran kalau Alkitabnya adalah fiktif melulu”. Prof. Bakry mengatakan bahwa “penyampaian-penyampaian berita Injil adalah tidak adil, pelupa atau pendusta (IQMB halaman 29).
Dr. Bucaille juga menyerang “kontradiksi” silsilah Yesus ini secara besar-besaran dengan mengambil tempat lebih dari 11 halaman! Lebih garang lagi adalah tuduhan Ahmad Deedat dalam bukunya, Is the Bible God’s Word? halaman 54, yang menghujat perbedaan antara kedua silsilah tersebut sebagai bukti kedua penulisnya adalah pembohong terkutuk. Kita ingin mengingatkan tuan Deedat agar sedikit lebih sensitif untuk tidak terbiasa melampiaskan kutukan, bilamana dirinya dan penyalin-penyalin juga tidak mau dikutuk oleh orang-orang lain sebagai “pembohong terkutuk”. Untunglah orang-orang Kristen tidak dalam posisi mengutuki orang-orang, karena itulah bagian keindahan dari ajaran Kristen dimana Yesus berkata: “Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (Lukas 6:28).
Baiklah kita memberi jawaban yang benar dan sederhana bahwa tidak usah main kutuk-kutukan, namun setiap orang yang jujur tidak akan menemukan kontradiksi apapun dari kedua jenis silsilah tersebut. Bukankah setiap orang pada dasarnya mempunyai 2 silsilah? Yang satu dari garis keturunan bapanya, yang lain dari ibunya? Demikian juga dengan Yesus!
Para ahli mengemukakan bahwa Yusuf (suami Maria) sesungguhnya anak Yakub tetapi adalah pula menantu Eli (ayah Maria). Lukas seorang dokter Yunani yang sistematis, (mendapat julukan sebagai ahli sejarah kelas satu oleh arkeolog terbesar Sir William Ramsay) telah menyelidiki silsilah ini dengan seksama berdasarkan banyak nara sumber. Itulah sebabnya Lukas tidak mencantumkan garis keturunan dari atas ke bawah, sehingga ia tidak menggunakan kata “memperanakkan” seperti yang dipakai oleh Matius, melainkan diurutkan silsilahnya dari bawah ke atas dan menggunakan istilah “menurut anggapan orang” bahwa Yesus adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, … dst … anak Daud …”
Jadi kita lihat di sini bagaimana tepatnya istilah yang dipakai Lukas karena Yesus sesungguhnya adalah anak Maria (bukan anak Yusuf), namun oleh anggapan orang/tradisi Yahudi, Ia adalah anak Yusuf. Begitu pula Yusuf sesungguhnya bukan anak Eli, namun oleh anggapan orang, ia tetap disebut anak Eli karena ia anak menantunya Eli.
Jadi Eli tidak dikatakannya memperanakan Yusuf, melainkan “Yusuf anak Eli”. Yang dalam kebiasaan orang Yahudi sampai sekarangpun memang disebut anak (lihat misalnya Raja Saul menyebut Daud sebagai anaknya walau ia hanyalah menantu. 1 Samuel 24:17).
Lukas sengaja memilih silsilah Maria karena sebagai orang Yunani ia tidak usah mengikatkan diri dengan tradisi Yahudi untuk menggariskan Yesus dalam keturunan Yusuf kalau memang Yesus bukan diperanakkan Yusuf. Dalam Quran Ia adalah Ibnu Maryam, walau menurut tradisi orang Yahudi nama suaminya harus muncul dan ini yang sulit bisa dielakkan oleh Matius sebagai orang Yahudi.
Lukas yang masih boleh digolongkan satu angkatan dengan Yesus (walau sedikit yunior) tentu tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan nama otentik dari kakek atau kakek mertuanya Yesus, baik dari Maria dan Yusuf yang mungkin sekali masih hidup pada waktu itu. Alkitab menunjukkan bahwa Lukas (sebagai penulis Kisah Para Rasul) bersama dengan Paulus pernah mengunjungi Yakobus, murid Yesus dan sekaligus sokoguru “Jemaat Yerusalem” (Kisah Para Rasul 21:18). Dengan demikian tentulah Lukas mempunyai segala akses informasi dari saksi-saksi langsung, yaitu saudara dan murid-murid Yesus dan keluarga Maria. Dan mengingat bahwa Injil Lukas sudah selesai dihimpun pada awal tahun 60 M, maka tentulah silsilah dari keluarga Maria akan tercatat dengan amat otentik!
Maka sejarah membuktikan bahwa silsilah yang diberikan Lukas ternyata benar, karena tidak pernah ada laporan protes atau tantangan dari kalangan orang-orang Yahudi yang begitu berkepentingan dan terkenal kehati-hatian mereka terhadap silsilah seorang Mesias yang harus datang dari keturunan Daud, sampai datang segelintir orang model Dr. Bucaille mencoba menjadikan dirinya sebagai hakim pengesahan silsilah.
Injil Matius menggariskan silsilah kerajaan dari Daud ke Salomo hingga raja terakhir Yekhonya, dan yang diteruskan kepada Yusuf, namun karena kutukan Tuhan terhadap Yekhonya (Yeremia 22:29, 30) maka Yusuf sesungguhnya tidaklah berhak menuntut hak tahta Daud dalam pewarisannya. Namun Lukas memperlihatkan garis silsilah biologis untuk Yesus dari Daud ke Natan hingga ke Eli, ayah Maria, dimana Yusuf diperbolehkan menjadi suami Maria, sehingga lewat Maria-lah (dan bukan lewat Yusuf) maka Yesus dibenarkan oleh Taurat Israel untuk menerima warisan (termasuk janji-janji Tuhan) dalam keturunan Daud untuk menduduki hak ketahtaannya seperti yang dijanjikan Tuhan kepada keturunan Isak. Lukas secara tepat menunjukkan bahwa melalui ibunya (Maria) maka garis keturunan keluarga Daud tercapai secara legal tanpa cacat.
Jadi alih-alih tuduhan dari pengkritik bahwa silsilah ini adalah kontradiksi dari pendusta, maka sekarang justru kita dapat mempertemukan kedua “dusta” ini dalam harmoni yang memuaskan. Dengan demikian jelaslah bahwa Mesias yang dijanjikan Tuhan ribuan tahun sebelumnya untuk menyelamatkan dunia, bermuara pada sosok Yesus dimana malaikat Gabriel menubuatkan kepada Maria:
“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Yahweh akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud, bapak leluhurnya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaanNya tidak akan berkesudahan” (Lukas 1:32,33).
Perhatikan bahwa Gabriel sendiri turut menegaskan bahwa anak kandungan Maria itu adalah anak leluhur dari Daud. Tentunya Gabriel tidak mungkin membuat silsilah “palsu” dengan memasukkan Yesus dalam garis keturunan Daud. SilsilahNya terlalu penting untuk orang yang sepenting Yesus agar manusia bisa membedakan mana sang Mesias menurut nubuatan Ilahi (yaitu keturunan Daud) dan mana mesias-mesiasan yang tidak “bersilsilahkan kenabian”, bahkan tidak dikenal para nabi.
Dengan silsilah ini, ditambah dengan nubuatan para nabi, serta berita malaikat Tuhan yang kesemuanya begitu faktuil, maka tidak ada nabi lain yang mempunyai peluang kedua untuk mengklaim dirinya sebagai Sang Mesias.
Dan untuk melengkapi seluruh kebenaran “silsilah” ini, Yesus sendiri dengan gaya yang khusus menambahkan bahwa sekalipun Mesias disebut orang sebagai Anak Daud, namun Dia adalah pula Tuan-nya Daud, alias Tuhan:
“Jadi jika Daud menyebut Dia (Mesias) Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” (Matius 2:45).
Dan untuk melengkapi seluruh kebenaran “silsilah” ini, Yesus sendiri dengan gaya yang khusus menambahkan bahwa sekalipun Mesias disebut orang sebagai Anak Daud, namun Dia adalah pula Tuan-nya Daud, alias Tuhan:
“Jadi jika Daud menyebut Dia (Mesias) Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” (Matius 2:45).
Ayat dan penjelasan sama2 ngawur
ReplyDelete